Bisnis.com, JAKARTA – Bagi Riza Marlon, profesinya saat ini di bidang fotografi alam liar (wildlife photography) bukan sekadar pekerjaan untuk mendulang pendapatan. Di balik profesi ini ada misi untuk mengenalkan satwa asli Tanah Air ke khalayak luas.
“Kita kenal koala dan kanguru sebagai hewan [khas] Australia atau jerapah dari Afrika. Di Indonesia, kita punya sangat banyak hewan endemik. Saya ingin masyarakat luas lebih mengenal satwa-satwa ini,” katanya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (6/7/2019).
Riza yang menekuni bidang wildlife photography sejak 1990-an itu telah menjelajahi sebagian besar wilayah di Indonesia. Baik Indonesia barat, tengah, dan timur dijelajahinya untuk menangkap momen dan mengabadikan satwa liar dalam sebuah foto.
Riza mengaku sejak kecil memang telah menyukai hewan, ketika orang tuanya membelikan buku-buku bergambar yang menampilkan berbagai hewan dari berbagai penjuru dunia.
“Buku-buku itu punya gambar yang sangat bagus, makanya nempel banget di kepala sejak kecil. Kemudian saya ambil jurusan biologi waktu kuliah dan sekarang disini [sebagai fotografer alam liar],” ujarnya.
Dalam 30 tahun perjalanan kariernya, Riza telah mempublikasikan 3 buku foto sebagai bentuk kontrsibusinya dalam memperkenalkan hewan dan tumbuhan Indonesia ke masyarakat. Buku tersebut ialah Living Treasures of Indonesia (2010), 107+ Ular Indonesia (2014), dan Wallace’s Living Legacy (2018).
Selain itu, dia telah melakukan berbagai program lainnya, seperti membuat poster, brosur, kartu pos, hingga kartu emoney berlatarkan gambar hewan hasil jepretannya.
“Pada akhirnya saya pengen orang kenal dulu dengan apa yang dimiliki alam Indonesia. Harapan selanjutnya tentu agar masyarakat bisa peduli dengan semua cara yang bisa dilakukan. Jadi pengacara lingkungan, jadi wildlife photographer, atau apa pun itu,” katanya.
Tantangan
Dengan fokus pada bidang ini Riza berharap satwa liar di Indonesia bisa terus dilestarikan sehingga bisa lebih banyak lagi.
Riza menyadari berbagai tantangan dan ancaman menanti para satwa liar seperti pembukaan lahan, perdagangan satwa, hingga konsumsi satwa liar.
Selain itu, perubahan iklim – yang juga dipengaruhi oleh perilaku manusia – menjadi ancaman lain bagi keberadaan satwa liar beserta habitatnya di Indonesia.
“Semua ancaman ini telah berpengaruh. Sebagai seorang fotografer saya bisa merasakannya. Dulu, nyari hewan di alam itu lebih mudah, sekarang ini sangat sulit karena mungkin kuantitasnya berkurang atau habitatnya yang terimbas dari faktor-faktor itu,” kata Riza.