Kiat Mencapai Merdeka Finansial
Fashion

Hai Milenial, Ini Kiat Mencapai Merdeka Finansial

Agne Yasa
Senin, 19 Agustus 2019 - 17:09
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Gaji 6 juta rupiah ingin nyicil rumah atau wisata tiap bulan, mungkinkah?

Seiring berjalannya waktu, kebutuhan seseorang bertambah. Kadang terdapat tujuan-tujuan yang berkaitan dengan keuangan yang muncul, tetapi belum dapat terwujud karena pendapatan yang belum mencukupi.  

Tubagus Farash Akbar Farich, Manajer Investasi sekaligus Head of Investment PT Avrist Asset Management menjelaskan hal ini akan mempengaruhi financial freedom atau kebebasan finansial seseorang.

Dia mengungkapkan pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebebasan finansial. Pertama, pekerjaan atau passion yang ingin dilakukan. Kedua, pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan atau passion yang dikerjakan tersebut. Kemudian, gaya hidup yang diinginkan.

Menurutnya kebebasan secara finansial dapat diartikan jika seseorang dapat menjalani passion atau pekerjaan dengan gaya hidup yang diinginkan tanpa harus terganggu situasi keuangan yang ada. Masalah muncul ketika pendapatan tidak sesuai dengan biaya gaya hidup yang diinginkan.

Hal ini, katanya, memunculkan elemen lain yaitu utang. Dalam jumlah dan kondisi tertentu, bisa menjadi wajar. Namun, akan mengganggu kebebasan finansial jika ternyata utang yang ditanggung sudah terlampau melewati batas kemampuan.  

“Makanya financial freedom-nya tidak freedom.  Intinya bagaimana bisa hidup di masa depan, sesuai passion yang kita inginkan, kerjaan yang kita inginkan, gaya hidup yang kita inginkan tanpa terganggu situasi keuangan kita nantinya,” kata Farash kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.

Untuk itu, katanya, baiknya sesorang harus punya tujuan hidup atau target di masa depan ingin menjadi apa. Misalkan, generasi milenial sekarang memiliki bayangan tertentu untuk pekerjaan yang diinginkan seperti gamers, pengusaha coffee shop, atau entrepreneur dengan membuka startup sendiri.

Setelah memiliki tujuan apa yang ingin dilakukan tersebut, sebaiknya mulai mencari tahu juga penghasilan yang akan didapatkan. Kemudian, bandingkan dengan gaya hidup yang diinginkan di masa depan.

“Yang sulit dikendalikan itu keinginan kita. Jumlah penghasilan yang dihasilkan balance atau tidak dengan gaya hidup yang diinginkan,” ujarnya.

Farash menjelaskan investasi dapat dianalogikan sebagai jembatan antara pekerjaan yang dipilih dengan penghasilannya dan gaya hidup yang diinginkan tersebut.

“Itulah hasil investasi sebenarnya, hasil investasi ini diharapkan dapat membantu menambah penghasilan kita di masa depan. Jadi, penghasilan kita tidak hanya dari mata pencaharian utama yang kita pilih tapi dari hasil investasi yang sudah dimulai sejak dini,” jelasnya.

Idealnya, investasi dapat dilakukan sedini mungkin, jika sejak kecil sudah membuka tabungan, maka akan bisa menambah investasi yang dilakukan di masa depan. Misalkan, ditambah lagi akun investasi, punya deposito, reksadana, beli saham, sukuk, atau obligasi.

Menurutnya, pilihan investasi jauh lebih banyak dan informasi terkait investasi ini bisa dicari dengan akses informasi yang semakin mudah.

Farash mengatakan bagi milenial yang sudah bekerja dan ingin memulai investasi, yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengalokasikan semaksimal mungkin dari penghasilan untuk investasi.

“Tapi juga jangan mengganggu sampai kita susah untuk hidup sehari-hari,” ujarnya.

Kedua, jika usia masih muda ada kesempatan untuk investasi di aset yang potensi return jangka panjangnya tinggi, misalnya saham.

Farash mengungkapkan jika dilihat dari tren 10 tahun terakhir, saham  masih jadi instrumen investasi dengan return paling tinggi sekitar 12% per tahun.

Kemudian, katanya, pendapatan tetap nomor dua dengan return sekitar 9%, dan deposito paling rendah sekitar 5% dari rata-rata 10 tahun terakhir. Jika emas sekarang pamornya naik, dia mengatakan returnnya tidak terlalu tinggi hanya sekitar 7% per  tahun.

Untuk alokasi dana investasi, Farash juga menyarankan jika usia masih muda, bisa lebih besar ke instrumen jangka panjang. Misal 80% investasi di saham, 15% di jangka menengah di pendapatan tetap, sisanya bisa di pasar uang.

“Saya pikir makin muda harus makin agresif karena waktunya masih banyak,” katanya.

Farash mengatakan porsi jenis investasi ini juga bisa berubah menyesuaikan dengan keadaan. Jika benar-benar baru mulai, dia menyarankan angka 10% dari penghasilan bisa dilakukan yang bisa ditambah sesuai kesanggupan. Farash mengungkapkan ada beberapa yang bisa di atas 50% alokasi investasinya.

“Tapi itu ada pengorbanan lain yang harus dilakukan, saat ini biasa aja pengeluarannya, gaya hidupnya biasa saja supaya bisa mencapai financial freedom nanti,” tutupnya.

Penulis : Agne Yasa
Editor : Siti Munawaroh
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro