Bisnis.com, JAKARTA – Korban jiwa akibat virus corona (coronavirus) baru terus bertambah. Otoritas China melaporkan jumlah nyawa melayang akibat virus ini bertambah menjadi 25 orang.
Korban jiwa terus menanjak meskipun pemerintah China telah berupaya untuk membendung virus tersebut dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menyatakannya sebagai darurat kesehatan global.
Tekanan untuk membendung virus ini meningkat seiring dengan bertambahnya laporan kematian dan lebih dari 650 kasus dikonfirmasi.
Baca Juga Harga Minyak Global Hari Ini |
---|
China melancarkan sejumlah pembatasan di Wuhan, kota di China tengah tempat virus ini pertama kali terdeteksi, dan beberapa kota terdekat. Adapun Hong Kong dan Beijing dikabarkan membatalkan rencana kegiatan selama liburan Tahun Baru Imlek.
Menambah urgensi untuk mengurangi penyebaran virus ini adalah awal Tahun Baru Imlek pada Jumat (24/1/2020), ketika ratusan ribu warga China bepergian ke seantero negeri maupun luar negeri.
Kekhawatiran tentang virus ini meluas pada dampaknya terhadap ekonomi, dengan adanya peringatan bahwa stabilisasi China yang rapuh bisa berisiko.
Pasar keuangan global pada umumnya terguncang dalam beberapa waktu terakhir, sementara indeks Shanghai Composite Index mencatat kinerja terburuknya.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, mengatakan ia akan kembali mengadakan pertemuan komite dalam waktu 10 hari, atau jika situasinya berubah menjadi lebih buruk.
"Jangan salah, ini darurat di China, tetapi belum menjadi darurat kesehatan global. Mungkin akan bisa,” terang Tedros dalam suatu briefing di Jenewa pada Kamis (23/1/2020), seperti dilansir Bloomberg.
Jumlah kasus baru terus meningkat di China, dan pasien terinfeksi telah ditemukan di sejumlah negara Asia. Singapura dan Vietnam melaporkan kasus pertamanya, sementara Jepang melaporkan pasien kedua yang terjangkiti virus ini.
Meski sebagian besar kasus terbilang ringan, sekitar seperempat dari mereka yang terinfeksi telah menampakkan kondisi yang parah.
Sebagian besar dari pasien yang meninggal memiliki kondisi kesehatan lain, seperti diabetes dan penyakit jantung, yang melemahkan sistem kekebalan tubuh mereka. Sementara itu, gejala terjangkiti virus ini di antaranya adalah demam, batuk atau sesak dada, dan kesulitan bernapas.
Virus corona baru ini menarik perhatian dunia internasional karena kemiripannya dengan virus Sindrom Pernapasan Akut Parah, atau SARS, yang membunuh hampir 800 orang pada 2003.
Virus itu diyakini muncul pada Desember 2019 di sebuah pasar makanan laut di Wuhan, dengan menyebar dari hewan yang terinfeksi ke manusia.
Meski demikian, penularan virus ini kemudian tampak terjadi dari manusia ke manusia. Pada sebagian besar, virus berpindah dari pasien ke anggota keluarga terdekat atau ke tenaga medis yang merawat mereka.