Bisnis.com, JAKARTA -- Indonesia saat ini tengah bersiap menerima bonus demografi yang ditandai dengan meningkatnya proporsi penduduk usia kerja.
Diperkirakan, pada 2045, sebanyak 70 persen dari total jumlah penduduk Indonesia berusia produktif (15-64 tahun), sisanya sebanyak 30 persen adalah penduduk usia tidak produktif.
Kendati begitu, bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia masih menyimpan masalah, mulai dari stunting, gizi buruk yang masih menjadi ancaman utama bagi anak-anak di berbagai belahan Indonesia.
Merujuk Riset Kesehatan dasar (Riskesdas), pada 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular dibandingkan riskesdas 2013. Misalnya, prevalensi diabetes melitus mengalami peningkatan dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen. Tidak hanya itu, tingkat obesitas pada anak-anak dan remaja juga meningkat signifikan
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Suprapto mengatakan dalam menghadapi bonus demografi ini pemerintah berfokus untuk meningkatkan keunggulan dan kualitas SDM. Untuk itu, kesehatan menjadi salah satu kunci.
“Untuk meraih bonus demografi yang positif kita harus memelihara kesehatan keturunan kita sejak awal. Sejak awal perkawinan, sejak hamil, saat usia sekolah, semua itu penting dilakukan,” katanya Rabu (26/2/2020).
Pola hidup sehat menurut Agus juga bisa menjadi kunci mencegah stunting pada kelahiran anak-anak. Dengan menerapkan pola hidup sehat seperti menjaga gizi makanan menurut Agus akan dapat mencegah terjadinya stunting pada anak-anak. Pencegahan stunting pada kelahiran anak akan mampu mewujudkan manusia Indonesia yang produktif.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) saat ini jumlah penduduk yang kerja di Indonesia sebanyak 127 juta jiwa. Dari 127 juta, sebanyak 9 juta jiwa tak memiliki pekerjaan alias pengangguran. Angka tersebut masih sangat besar.
Agus berharap bonus demografi yang akan didapat Indonesia pada 2045 mendatang akan menghasilkan manusia yang produktif dan menekan angka pengangguran di atas. Produktif yang dimaksud Agus adalah bisa memiliki penghasilan untuk diri sendiri, untuk keluarganya, dan sisa penghasilannya bisa menjadi investasi nasional untuk pembangunan manusia kedepan.
“Kalau bisa generasi berikutnya lebih kaya daripada kita. Kalau generasi kita makin kaya maka harapannya bekerja sedikit saja hasilnya luar biasa maka penghasilannya luar biasa," katanya.