Bisnis.com, JAKARTA - China telah menyetujui penggunaan obat antiinflamasi dari pembuat obat Swiss Roche untuk pasien yang mengembangkan komplikasi parah dari virus corona.
China sedang mencari cara baru untuk memerangi infeksi mematikan yang menyebar di seluruh dunia.
China berharap bahwa beberapa obat yang lebih tua dapat menghentikan sindrom pelepasan sitokin (CRS) yang parah, atau badai sitokin, reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh yang dianggap sebagai faktor utama di balik kegagalan organ yang mematikan dan kematian pada beberapa pasien corona.
Actemra, obat biologis Roche yang disetujui pada 2010 di Amerika Serikat untuk rheumatoid arthritis (RA), menghambat kadar protein Interleukin 6 (IL-6) yang tinggi yang mendorong beberapa penyakit peradangan.
Komisi Kesehatan Nasional Cina mengatakan dalam pedoman perawatan yang dipublikasikan online pada hari Rabu (4/3/2020) bahwa Actemra sekarang dapat digunakan untuk merawat pasien corona dengan kerusakan paru serius dan tingkat IL-6 yang tinggi.
Secara terpisah, para peneliti di negara itu sedang menguji Actemra, yang secara umum dikenal sebagai tocilizumab, dalam uji klinis yang diperkirakan akan mencakup 188 pasien corona dan berjalan hingga 10 Mei.
Roche, yang mendonasikan Actemra senilai 14 juta yuan ($ 2,02 juta) selama Februari, mengatakan uji coba tersebut diprakarsai secara independen oleh pihak ketiga dengan tujuan mengeksplorasi kemanjuran dan keamanan obat pada pasien corona dengan CRS.
Perusahaan menambahkan bahwa saat ini tidak ada data uji klinis yang dipublikasikan tentang keamanan atau kemanjuran obat itu terhadap virus corona.
Lebih dari 3.000 orang telah meninggal dan 93.000 telah terinfeksi oleh virus corona yang diduga berasal di Wuhan, Cina, sebelum menyebar ke sekitar 90 negara termasuk Amerika Serikat, Italia, Swiss, Prancis dan Jerman.
China adalah pasar nomor 2 Roche, di belakang Amerika Serikat. Produsen obat itu juga membuat alat diagnostik untuk mendeteksi virus corona.