Sel kanker/Istimewa
Health

YKAI: Kalau Sakit, Jangan Jenguk Anak yang Menderita Kanker

Krizia Putri Kinanti
Jumat, 13 Maret 2020 - 14:05
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Merebaknya virus corona (Covid-19) di Indonesia membuat geger masyarakat. Anak-anak yang sudah terkena penyakit menjadi rentan untuk terpapar virus sehingga butuh bantuan kesadaran dari orang lain.

General Manager Yayasan Kanker Anak Indonesia Ruth Setiabudi menghimbau untuk para donatur atau masyarakat yang ingin menjenguk anak penderita kanker untuk memperhatikan kesehatannya.

"Memang ya, misalnya kita donatur atau pemerhati ingin ke rumah sakit menjenguk anak-anak. Bia orang yang menjenguk sedang sakit, mending jangan lihat. Jangan menengok anak yang sudah sakit, mereka sudah rentan," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (13/3/2020).

Dia menuturkan bahwa anak yang sudah divonis terkena kanker memiliki imunitas rendah sehingga virus dapat dengan mudah menyerang, maka perlu dijaga dan diperhatikan imunitas agar tetap tinggi.

"Imun sistem paling penting karena imun sistem itu kan nggak bisa di inject ke dalam badan kita jadi penting untuk diperhatikan, imun itu yang menangkal virus-virus dari luar," katanya.

Pihaknya juga menghimbau anak-anak untuk mengikuti anjuran dari pemerintah dalam rangka mencegah penyebaran virus corona ini seperti mencuci tangan, makan-makanan yang tinggi nutrisi dan vitamin serta beristirahat yang cukup.

Yayasan Kanker Anak Indonesia (YKAI) merupakan perubahan dari Sentuhan Kasih yang didirikan pada 2001, dan berfokus pada pemenuhan kebutuhan pengobatan dan pemulihan untuk penderita kanker khusus anak.

Ruth mengatakan bahwa saat ini jenis kanker yang diderita anak bermacam-macam, namun mayoritas adalah kanker darah atau leukimia. Sekitar 70 persen-80 persen, kanker yang banyak diterita oleh anak-anak adalah kanker darah atau leukimia.

Sedangkan, sisanya adalah kanker hati, kanker paru-paru, kanker tulang, kanker mata dan kanker otak juga. Dia menambahkan bahwa kanker darah ini sebetulnya bisa sembuh karena di negara-negara sudah maju seperti Amerika, Jepang atau di Eropa itu tingkat kesembuhannya 80 persen, akan tetapi masih di Indonesia masih rendah.

"Kalau menurut statistik tingkat penyembuhan di Indonesia itu masih dibawah 40 persen, barangkali 20 persen - 40 persen, jelas karena pengadaan obat sangat langka," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro