Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti dari University of Minnesota, Amerika Serikat berhasil mengungkap bagaimana mekanisme virus corona atau COVID-19 dapat menyebar secara cepat ke seluruh dunia.
Dilansir dari The Guardian, peneliti mengatakan struktur virus corona seperti sekelompok paku yang memudahkan virus menempel pada sel manusia dan empat kali lebih kuat daripada virus corona jenis sebelumnya, Sars, yang terjadi pada 2002 lalu. Temuan ini menunjukkan bahwa partikel virus corona yang terhirup melalui hidung atau mulut memiliki peluang tinggi untuk menempel pada sel-sel di saluran pernapasan bagian atas.
Para ilmuwan di University of Minnesota menggunakan kristalografi sinar-X untuk membuat peta 3D skala atom dari protein lonjakan virus dan mitranya pada sel manusia, yang dikenal sebagai reseptor ACE-2.
Baca Juga Dua Pasien Covid-19 di Bali Sudah Sembuh |
---|
Ketika virus bertemu sel manusia, protein lonjakan pada permukaannya menempel pada reseptor ACE-2, jika sel memilikinya, dan memungkinkan virus untuk mendapatkan akses dan mereplikasi.
Struktur 3D menunjukkan bahwa dibandingkan dengan Sars, COVID-19 telah menghasilkan pengikatan yang lebih ketat. "Pengikatan ketat pada reseptor manusia dapat membantu virus menginfeksi sel manusia dan menyebar di antara manusia," kata Dr Fang Li, yang memimpin tim peneliti.
Li mengatakan bahwa para ilmuan akan mencari obat-obatan potensial yang dapat menetralisir virus sebelum replikasi meningkat dan infeksi telah terjadi, menggunakan peta tersebut. “Jika obat antibodi baru dapat mengikat virus lebih kuat dan sering daripada reseptor, itu akan memblokir virus dari sel, pengobatan berpotensi efektif untuk infeksi virus," sebutnya. Dia menambahkan, peta yang sama dapat digunakan untuk membentuk vaksin guna mencegah infeksi di masa depan.
Para peneliti juga menggambarkan bagaimana perbandingan struktur pandemi virus corona dengan strain terkait yang ditemukan pada kelelawar dan trenggiling.
Mereka menemukan bahwa kedua strain hewan dapat berikatan dengan reseptor manusia ACE-2. Hal ini mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa virus corona pada manusia berasal dari kelelawar baik secara langsung, atau melalui trenggiling yang terinfeksi oleh kelelawar.
Sebelum menginfeksi manusia, strain hewan mengambil mutasi kunci yang memungkinkan virus menyebar lebih mudah pada manusia. “Kita tahu bahwa coronavirus yang menyebabkan COVID-19, Sars-CoV-2, berperilaku sangat berbeda dengan Sars relatifnya," kata Jonathan Ball, seorang profesor virologi di Universitas Nottingham, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Secara khusus, Sars-Cov-2 kata Ball secara efisien menginfeksi tenggorokan dan hidung, menyebabkan gejala-gejala seperti pilek, sedangkan Sars hampir selalu direplikasi di paru-paru.