Bisnis.com, JAKARTA - Infeksi virus di dalam tubuh salah bisa dideteksi melalui mata. Mata merah menjadi salah satu cirinya.
Lalu apakah mata merah tersebut juga menjadi gejala terinfeksi virus Corona atau Covid-19?
Dr Vicente Diaz, salah satu dokter mata di Inggris mengatakan banyak penyakit atau virus dapat mempengaruhi mata, biasanya menyebabkan konjungtivitis folikel atau dikenal sebagai mata merah.
Menurut National Health Service (NHS), gejala konjungtivitis atau mata merah meliputi mata terasa berpasir, nanah yang menempel pada bulu mata, mata gatal dan berair. Ada pula sensasi terbakar pada mata.
"Kami belajar bahwa COVID-19 dapat memengaruhi konjungtiva orang pada persentase yang rendah," sebutnya dilansir Bisnis dari Express.co.uk, Senin (20/4/2020).
American Academy of Ophthalmology dalam laporannya menyebut konjungtivitis mungkin tidak biasa tetapi masih merupakan gejala Covid-19. Selain terinfeksi oleh virus yang terkenal, NHS menjelaskan bahwa kondisi tersebut dapat timbul dari infeksi lain, serta alergi.
Oleh karena itu tak perlu khawatir. Apabila anda mengalami mata merah, ada beberapa hal yang dapat anda lakukan di rumah. Misalnya, membersihkannya dengan kapas.
Namun bukan langsung diusap ke mata. Anda perlu menggunakan air hangat untuk membasahi kapas. Kemudian usap bulu mata dengan lembut pakai gulungan kapas yang basah dan hangat itu untuk membersihkan sisa-sisa kerak. Anda juga bisa menggunakan kain yang sudah dibasahi dengan air dingin dan diamkan sebentar pada mata anda untuk mengurangi sensasi terbakar.
Selama mata merah, hindari memasukkan apapun termasuk memakai lensa kontak. Mata merah tersebut biasanya hilang dalam hitungan minggu.
Pada saat itu, untuk mengurangi kemungkinan penyebarannya, jangan berbagi handuk atau bantal dan cobalah untuk tidak menggosok mata, juga ingat untuk mencuci tangan secara teratur dengan air dan sabun hangat.
Ya, hubungan antara konjungtivitis dan Covid-19 sangatlah rendah. Sementara itu, hilangnya indera dan bau masih tidak diakui oleh NHS atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai gejala Covid-19. Namun, ada banyak laporan anekdotal dari gejala tersebut, serta penelitian ilmiah yang mendukungnya.
Seperti yang diungkap penelitian dalam jurnal International Forum of Allergy and Rhinology yang diterbitkan pada 12 April 2020. Disimpulkan bahwa disfungsi chemosensory sangat terkait dengan infeksi Covid-19. Kehilangan bau dan rasa menjadi salah satu gejala ringan virus Corona.