Bisnis.com, JAKARTA - Perjuangan Raden Ajeng Kartini untuk membawa perempuan pada persamaan hak atas pendidikan, akan abadi sepanjang masa. Pemikirannya dituangkan dalam surat-suratnya yang dikompilasi dalam buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Saat itu, Kartini menuliskan surat-surat tentang kondisi perempuan pribumi, serta keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan.
Setiap wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Hak memperoleh pendidikan bagi perempuan dan laki-laki harus setara. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan).
Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Dia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.
Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju.
Kartini begitu fokus memperjuangkan hak-hak bagi perempuan agar terus belajar dan berkarya. Pendidikan bagi perempuan sangat penting, sebab, perempuan dan ibu adalah madrasah pertama bagi anak.
Kini, di era teknologi saat ini, semangat Kartini untuk pendidikan bagi seluruh wanita Indonesia tak lagi dapat terbendung. Setiap perempuan dapat menempuh pendidikan setinggi yang mereka inginkan, bahkan tidak sedikit perempuan Indonesia yang berhasil menduduki jabatan tertinggi di dunia pendidikan. Seperti lima srikandi pendidikan Indonesia ini.