Bisnis.com, JAKARTA - Dunia kini tengah berpacu dengan waktu untuk mengatasi viruc Corona (Covid-19). Sejak kemunculannya pada akhir Desember 2019, kini virus tersebut sudah memakan 2271.971 korban serta lebih dari 3,2 juta lainnya positif terpapar virus Corona.
Kini, masyarakat dunia tengah berpacu untuk membuat vaksin Corona untuk menghentikan persebaran virus tersebut. Maklum, virus Corona dianggap dapat menyebar dengan mudah dan mayoritas populasi dunia masih rentan terhadapnya.
Jadi, cara untuk mengtasinya adalah dengan membuat vaksin. Dan, untuk saat ini, para peneliti melakukan riset dengan "kecepatan tinggi". Biasanya, untuk menciptakan vaksin, dibutuhkan waktu bertahun-tahun, kalau tidak ingin disebut dekade.
Kini, para peneliti berharap dapat menciptakan vaksin paling cepat tersedia pada pertengahan 2021. Dan, dalam catatan BBC, ada 80 kelompok penelitian di dunia yang tengah berpacu menciptakan vaksin.
Uji coba manusia pertama untuk vaksin diumumkan bulan lalu oleh para ilmuwan di Seattle. Tidak seperti biasanya, mereka melewatkan penelitian hewan untuk menguji keamanan atau keefektifannya.
Di Oxford, percobaan manusia pertama di Eropa telah dimulai dengan lebih dari 800 orang yang direkrut - setengahnya akan menerima vaksin Corona dan sisanya vaksin kontrol biasa yang melindungi meningitis, bukan Corona.
Para ilmuwan Australia telah mulai menyuntikkan musang dengan dua vaksin potensial. Ini adalah uji coba pra-klinis komprehensif pertama yang melibatkan hewan, dan para peneliti berharap untuk menguji manusia pada akhir April.
Masalahnya, hingga saat ini tidak ada yang tahu seberapa efektif vaksin-vamsi Corona yang tengah dikembangkan tersebut.
Di tengah ketidakpastian tersebut, ada hal yang patut disyukuri. Kini, semua masyarakat dunia bergerak bersama menciptakan vaksin. Misalnya, vaksin Corona potensialbuatan Universitas Oxford akan diproduksi dan didistribusikan oleh raksasa farmasi AstraZeneca dengan basis nirlaba.
Kemitraan ini akan memungkinkan vaksinasi cepat di seluruh dunia jika terbukti efektif.
Profesor Regius Kedokteran di Universitas Oxford, Profesor Sir John Bell, mengatakan kepada program Radio BBC 4, kemitraan seperti itu akan menjadi "kekuatan utama dalam perjuangan melawan pandemi" untuk masa mendatang.
Sir John juga mengatakan dia berharap beberapa hasil dari percobaan manusia terhadap vaksin akan tersedia pada pertengahan Juni.
Di sisi lain, Sekretaris Kesehatan Inggris, Matt Hancock mengatakan, perkembangan vaksin Oxford itu adalah hal yang baik. "[Ini] merupakan berita yang sangat disambut baik," ucapnya.