Ilustrasi vaksin virus corona/istimewa
Health

Boris Johnson: Tidak Ada Jaminan Inggris Akan Menemukan Vaksin Corona

Syaiful Millah
Selasa, 12 Mei 2020 - 08:58
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa tidak ada jaminan bahwa negaranya akan menemukan vaksin virus corona baru (Covid-19).

Kendati begitu dia menyatakan pihaknya berharap dapat menemukan obat untuk penyakit pandemi itu dan bahwa Inggris berada di garis depan dalam pengembangan vaksin.

“Saya mendengar beberapa hal yang sangat menggembirakan dari apa yang terjadi di Oxford terkait vaksin. Tapi ini sama sekali tidak dijamin,” katanya seperti dikutip Express, Selasa (12/5).

“Saya yakin benar mengatakan bahwa bahkan setelah 18 tahun, kami masih belum memiliki vaksin untuk SARS. Apa yang dapat saya katakan adalah bahwa Inggris berada di garis depan dalam kegiatan internasional untuk coba mengembangkan vaksin,” imbuhnya.

Dia mengatakan pemerintah sedang melakukan upaya penuh dalam menemukan vaksin, tetapi sekali lagi dia menegaskan bahwa belum tentu mereka akan menemukan vaksin yang benar-benar efektif untuk melawan virus.

“Mungkin kita harus menjadi lebih fleksibel, semakin gesit, dan lebih pintar dalam cara kita mengatasi, bukan hanya infeksi ini tapi juga infeksi potensial lainnya di masa mendatang,” kata Johnson.

Kepala Penasihat Ilmiah Inggris Sir Patrick Vallance juga sedana. Menurutnya, keberhasilan pengembangan vaksin tidak akan pernah bisa dijamin.

Kendati demikian, menurutnya saat ini program terapi dan pengembangan obat yang sedang berjalan tentu akan menghasilkan sesuatu yang berguna, “Saya akan terkejut jika kita tidak berakhir dengan sesuatu,” ujarnya.  

Sebagaimana diketahui, University of Oxford saat ini sedang menguji coba kemungkinan vaksin pada manusia dan sebuah perusahaan farmasi dilaporkan siap memproduksi calon vaksin secara massal, bila pengujian tersebut berjalan dengan baik.

Inggris merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah kasus Covid-19 tertinggi di dunia. Berdasarkan catatan Worldometer, negara itu memiliki lebih dari 223.000 kasus infeksi dan sekitar 32.000 kasus kematian.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro