Pasien yang pernah terinfeksi virus corona (Covid-19), berpotensi mengalami gangguan hati dan ginjal/boldsky.com
Health

WHO: Virus Corona Bisa Ganggu Kesehatan Hati dan Gagal Ginjal

Krizia Putri Kinanti
Selasa, 12 Mei 2020 - 15:42
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - World Health Organization (WHO) menyampaikan agar orang yang pernah terinfeksi virus agar selalu menjaga kesehatan, untuk mencegah virus tersebut menyerang organ tubuh lainnya seperti hati dan fungsi ginjal.

Dr Mike Ryan, Kepala Program Kedaruratan WHO mengatakan orang yang telah sembuh dari virus corona harus semakin waspada dengan kesehatannya. Sebab, orang yang telah sembuh dari virus corona juga mengalami masalah jangka panjang seperti munculnya gangguan kesehatan lain.

“Mereka benar-benar telah melalui perang, karena banyak dari mereka dalam keadaan yang sangat sulit. Beberapa dampak yakni pada sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, hati, fungsi ginjal, dan lainnya. Jadi orang yang sudah sembuh bisa tetap lemah, tanpa energi,” ujarnya dikutip dalam konferensi pers WHO di youtube resminya, Selasa (12/5/2020).

Hal ini diduga karena terdapat pasien yang setelah sembuh masih merasakan gejala-gejala gangguan pernapasan atau gangguan medis lain selama berminggu-minggu.

Menurutnya, terdapat sangat sedikit kasus yang menunjukkan bahwa ada orang yang terus-menerus menderita Covid-19. Meskipun ketika Anda melihat data dari rumah sakit dan lamanya masuk, butuh waktu lama bagi banyak orang untuk pulih di lingkungan rumah sakit.

“Dan kita harus berharap bahwa ketika orang-orang dipulangkan, pemulihan itu berlanjut. Ketika mereka keluar dari rumah sakit, aman bagi mereka untuk kembali untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka,” ujarnya.

WHO telah mengamati bahwa sekitar 40 persen pasien yang terinfeksi mengalami penyakit ringan dan akan sembuh dengan baik. Lalu 40 persen pasien lainnya mengalami gejala sedang, termasuk pneumonia, tetapi tidak memerlukan rawat inap atau intubasi. 15 persen tambahan mengembangkan penyakit parah, dan 5 persen kritis.

Dalam briefing itu, para pejabat WHO menekankan bahwa studi awal menunjukkan tingkat antibodi yang lebih rendah dari yang diharapkan terhadap penyakit dalam populasi umum, yang berarti bahwa sebagian besar orang tetap rentan.

"Tampaknya ada pola yang konsisten sejauh ini sehingga sebagian kecil orang sejauh ini memiliki antibodi ini,” kata Maria van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi WHO.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro