Ilustrasi vaksin virus corona/istimewa
Health

Jalan Panjang Pengembangan dan Distribusi Vaksin Corona

Syaiful Millah
Selasa, 12 Mei 2020 - 17:00
Bagikan

Bagaimana Distribusi Vaksin Virus Corona yang Merata?

Kapasitas produksi skala besar akan diperlukan untuk menghasilkan produk yang layak dari eksperimen dan uji coba klinis yang dilakukan. Beberapa vaksin mungkin memerlukan dua dosis, memberikan tekanan lebih besar pada kapasitas produksi.

Beberapa pejabat tinggi dalam administrasi Donald Trump telah meningkatkan perhatian terhadap masalah ini. Francis S Collins selaku direktur National Institutes of Health dan Anthony Fauci selaku direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease menulis sebuah artikel yang mendesak adanya koordinasi internasional.

“Biaya, sistem distribusi, persyaratan rantai pasok, pengiriman cakupan luas adalah titik penyempitan potensial dalam pengiriman vaksin kepada masyarakat. Semua masalah ini membutuhkan kerja sama global antara organisasi yang terlibat dalam pemberian layanan kesehatan dan ekonomi,” tulis keduanya dalam jurnal Science.

Pendiri Microsoft, Bill Gates mengakui adanya kemacetan finansial dan logistik untuk perusahaan biotek kecilnya yang terlibat dalam pengembangan vaksin. Dia memutuskan Bill and Melinda Gates Foundation akan menyediakan miliaran dolar untuk membantu tujuh perusahaan membangun kapasitas produksi.

Perlombaan untuk mendapatkan vaksin penuh dengan risiko dan ketidakpastian karena tidak ada yang tahu proyek mana yang akan berhasil. Hal ini memaksa para perusahaan untuk meningkatkan jutaan dosis vaksin yang mungkin akhirnya menjadi tidak berharga.

Risiko lainnya adalah Amerika Serikat mungkin tidak berada dalam posisi baik jika vaksin yang efektif pada akhirnya datang dari negara atau kolaborasi internasional lain, di luar dari jalur yang telah dimiliki negara tersebut.

Jeremy Konyndyk, seorang pakar kebijakan di Center for Global Development mengatakan bahwa masyarakat perlu meletakkan dasar untuk berbagi vaksin global sekarang, sebelum kita tahu siapa yang akan menjadi pemenangnya.

“Pada dasarnya pengembangan vaksin harus dinegosiasikan, tidak ada kerangka kerja global atau protokol, tidak ada kerangka kerja yang sudah ada sebelumnya tentang bagaimana melakukan hal ini. apa yang tidak kita inginkan adalah situasi kaya dan miskin, berdasarkan siapa yang mendapat vaksin,” katanya.

Ini berkaca pada sebagian besar kemarahan internasional selama masa pandemi flu babi H1N1 11 tahun lalu, yang berpusat pada kontrak pasokan yang pemerintahan Barat amankan dengan para produsen vaksin. Amerika Serikat ketika itu memiliki kontrak atas 600 juta dosis vaksin, sebagian besar dari pasokan global.

Kerangka kerja yang lebih kuat dan merata untuk perencanaan internasional telah diterapkan untuk vaksin influenza. Tetapi kerangka itu tidak secara otomatis akan berlaku untuk kasus pandemi virus corona baru saat ini.

David Fidler, asisten senior untuk keamanan siber dan kesehatan global di Council of Foreign Relations mengatakan ancaman yang jauh lebih besar dari virus corona membuat negara lebih sulit untuk bertindak bersama-sama.

“Akses ke vaksin, sebagai katup pengaman untuk melepaskan tekanan politik dan ekonomi itu akan menjadi sangat sentral bagi siapa saja yang berada di Gedung Putih. Tekanan itu tidak akan hilang bahkan jika Joe Biden menang di bulan November mendatang,” katanya.

Perusahaan obat besar dapat mengadakan kontrak vaksin lagi karena mereka menghadapi tekanan untuk menutupi investasinya. Dia menyebut, bagi perusahaan farmasi pelanggan terbaik untuk dapat mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan adalah negara-negara berpenghasilan tinggi.

Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention, ada lebih dari 80 juta orang Amerika Serikat yang diinokulasi dalam pandemi flu babi 2009. Angka ini merupakan jumlah yang kira-kira sama dengan total dosis yang diterima 77 negara di bawah bendera distribusi saat itu.

Hal senada juga disampaikan oleh Gavin Yamey, direktur pusat dampak kebijakan kesehatan global dari Duke University. Menurutnya, negara-negara kaya akan dengan mudah memonopoli vaksin dari negara-negara miskin.

“Mereka [negara miskin] mendapatkan vaksin belakangan dan lebih sedikit. Membiarkan skenario berulang dalam pertempuran melawan virus akan menjadi kesalahan yang menghancurkan. Kecuali kita membuat vaksin tersedia secara global, kita tidak akan bisa mengakhiri pandemi karena wabah di mana saja adalah wabah di mana-mana,” katanya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro