Bisnis.com, JAKARTA - Penularan Covid-19 ke tenaga medis memicu stakeholder lintas institusi memikirkan upaya menekan angka kematian tim medis dengan cara melakukan revitalisasi rumah sakit.
Surendro, Executive Director Green Building Council Indonesia (GBCI) menjelaskan, penyebaran virus Covid-19 saat ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan virus yang cukup lama dalam udara. Tak heran jika rumah sakit menjadi salah satu area penyebaran Covid-19 karena ruang isolasi memiliki sirkulasi yang rendah.
“Ruangan AC yang tidak banyak ventilasi memang membuat akumulasi virus bisa bertahan dalam ruangan,” ujar Surendro kepada Bisnis beberapa waktu yang lalu.
Hal itu dibenarkan pula oleh Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Ari Fahrial Syam yang menyatakan virus lebih nyaman pada udara dingin dan droplet sehingga membuat bisa bertahan lama.
Sementara itu sejumlah strategi berupa penyemprotan pada lingkungan melalui fogging dan disinfektan masih harus diperhitungkan karena berpotensi mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Direktur Fasilitas Pelayanan Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Masyarakat, dr. Andi Saguni mengakui ruang isolasi di Indonesia secara umum memang perlu dibenahi, tak hanya untuk menangani Covid-19 tetapi juga penyakit infeksi emerging lain yang beberapa tahun terakhir marak terjadi.
Sementara untuk pembangunan ruang isolasi tidaklah murah, anggaran yang digelontorkan bisa mencapai Rp1 miliar hanya untuk satu ruangan saja.
“Maka dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) itu harus dikawal dengan baik untuk bangun ruang isolasi dan dipakai sebagai dasar pembangunan rumah sakit di berbagai daerah,” jelasnya.
John Budi Harjanto, President Director dan Fellow ASHRAE PT Metropolitan Bayu Industri yang memproduksi air conditioner menambahkan, untuk menjaga ruang isolasi tetap steril tanpa virus yang bertahan lama, penggunaan AC juga harus dikelola agar tidak berlebihan.
Dia menyarankan, rumah sakit dengan ruang isolasi perlu membuka ventilasi untuk menjamin sirkulasi udara sehingga konsentrasi virus dalam ruangan isolasi berkurang. Selain itu, pengajar di Universitas Atma Jaya ini menilai ruang isolasi harus memakai AC dengan teknologi plasma air purification yang bisa membunuh virus dalam ruangan.
“Ketika pasien mengeluarkan aerosol, kalau sistem air conditioner-nya tidak bagus, akan menjadi airbone infection,” tuturnya.
Iwan Prijanto, Chairman GBCI menambahkan pandemi Covid-19 menjadi sinyal urgensi pembangunan gedung ke depan tak hanya berkonsep net zero carbon emission, tetapi wajib net zero healthy building. Hal ini mengingat sejumlah jurnal ilmiah telah mengatakan pada 2050 ada 28 virus purba dan bakteri baru di dunia akibat pemanasan global.
“Rata-rata manusia hidup indoor, jadi perlu dipikirkan ke depan bagaimana sistem bangunan yang menjamin kesehatan? Terutama untuk bangunan rumah sakit, inovasi ruang isolasi seperti apa? ” ungkap Iwan.
Iwan menambahkan pentingnya kerja sama lintas stakeholder dalam mengintegrasikan isu kesehatan, perubahan iklim, dan konstruksi bangunan untuk memberikan jaminan kesehatan bagi semua manusia.
“Mungkin ke depan perlu mulai mengadopsi seperti natural air ventilation. Ini menjadi tantangan ke depan juga untuk para arsitek bisa menciptakan demand untuk bangunan seperti itu,” jelas CEO PT DEX Solusi Transit ini.