Kendaraan melintas di pintu Tol Cikampek Utama, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (23/5/2020). Menjelang Lebaran, salah satu titik kepadatan arus mudik di ruas tol Cikampek terpantau sepi dikarenakan adanya larangan mudik dari Pemerintah demi mencegah penyebaran wabah COVID-19./Antara-Nova Wahyudi
Health

Apakah Tak Mudik Bisa Memengaruhi Kondisi Kejiwaan Seseorang?

Dewi Andriani
Sabtu, 23 Mei 2020 - 18:00
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Banyak aktivitas yang tidak bisa lagi dilakukan pada Lebaran tahun ini seperti halnya momen serupa tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya adalah mudik yang selama ini telah menjadi tradisi menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Sebab, pemerintah telah mengeluarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang meminta masyarakat untuk tidak mudik demi memutus mata rantai penyebaran dan penularan Covid-19. Lantas, apakah tidak mudik ini bisa memengaruhi kondisi jiwa atau psikologis seseorang?

Psikiater Dina Anindyati mengatakan, pada setiap periode sebetulnya ada saja orang yang tidak dapat mudik atau tidak memungkinkannya untuk mudik. Namun bedanya tahun ini orang benar-benar tidak dapat mudik bukan karena keinginannya tetapi karena adanya peraturan akibat pandemi guna mencegah penyebaran dan penularan virus corona ke kampung halaman.

Kondisi ini bisa saja memengaruhi kejiwaan seseorang, apalagi bagi orang-orang yang menggunakan mudik sebagai salah satu kesempatan bertemu dengan keluarga atau orang terdekat.

“Karena situasi ini tidak memungkinkan atau terpaksa tidak mudik, bisa muncul perasaan sedih, kecewa, penyesalan, atau tidak nyaman. Ini wajar dan manusiawi,” ujar dr. Gina seperti dikutip dari siaran pers Guesehat, Sabtu (23/5/2020).

Sebagian orang mungkin bisa saja beradaptasi dan melalui kondisi ini dengan baik karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang adaptif. Namun, ada pula orang-orang tertentu yang memiliki kerentanan sehingga akan merasa lebih kesepian, tidak berdaya, atau frustrasi.

“Kalau kita bicara dalam konteks mudik, masalah yang mungkin timbul ialah kesepian (loneliness). Loneliness ini bukanlah gangguan jiwa. Ini merupakan fenomena yang berisiko dan jika terjadi berkepanjangan serta tidak diatasi, maka akan menimbulkan masalah kejiwaan yang lebih berat, seperti gejala depresi atau kecemasan,” tuturnya.

Kesepian ini menurutnya akan menjadi gangguan jiwa jika ada kondisi lainnya yang memengaruhi, seperti kondisi fisik yang tidak fit, kesulitan untuk menyelesaikan masalah, dan bisa juga dipengaruhi lingkungan sosial.

“Pengaruh lingkungan sosial ini misalnya ia tidak punya orang-orang yang dapat dipercaya atau tinggal di lingkungan yang tinggi kekerasannya. Ini akan menjadi stresor atau menambah tekanan sehingga risiko mengalami gangguan semakin besar.”

Perasaan Homesick

Sementara itu, Psikolog Klinis Alexandra Gabriella mengatakan ketika tidak mudik seseorang bukan hanya merasa kesepian tetapi juga homesick yaitu perasaan rindu dengan situasi saat di kampung halaman.

“Bisa rindu dengan orang tua, orang-orang sekitar, makanannya, lingkungannya, atau nuansanya. Namun, orang-orang yang homesick ini tidak dialami oleh mereka yang tidak mudik saja,” jelasnya.

Menurutnya, homesick bisa menjadi stresor ketika seseorang memiliki ekspektasi untuk bisa pulang dan merasakan apa yang biasa dilakukan di kampung halaman tetapi ekspektasinya tidak tercapai sehingga timbul rasa kecewa yang bisa menyebabkan frustrasi.

“Rasa frustrasi itu bisa membuat seseorang memiliki masalah psikologis, seperti depresi. Apalagi kalau kondisi ini memang sudah terjadi beberapa minggu secara berturut-turut dan mood atau suasana hatinya sama. Selain itu, orang-orang yang homesick ini bisa juga mengalami insomnia karena selalu berpikir tidak bisa pulang,” tuturnya.

Penulis : Dewi Andriani
Editor : Miftahul Ulum
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro