Bisnis.com, JAKARTA - Tak dapat dipungkiri pandemi virus corona (Covid-19) memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan hampir semua manusia di kolong langit.
Pergerakan manusia dibatasi agar penyebaran virus tersebut tidak meluas. Alhasil, laju perekonomian melambat dan membuat sejumlah sektor usaha terpuruk.
Tak sedikit pekerja yang dirumahkan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Belum lagi pekerja informal dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mengalami penurunan atau bahkan kehilangan penghasilan.
Keadaan tersebut sudah barang tentu membuat mereka kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Berangkat dari keadaan pelik itu, Teguh Ostenrik yang selama ini dikenal sebagai seniman patung aktif membantu masyarakat kurang mampu di sekitarnya menyambung hidup di tengah pandemi Covid-19 sejak April lalu.
Motivasinya sederhana saja, menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti pada krisis 1998 silam.
Selain itu, menurutnya salah satu arti dari seni yang selama ini dia geluti adalah membantu orang lain.
“Bukan mengharap pahala atau apa. Saya menggalang bantuan agar tidak ada yang kelaparan saja. Karena dampaknya ini berbahaya. Mereka yang lapar bisa depresi dan akhirnya berpikir tidak rasional. Jangan sampai yang terjadi di 1998 terulang,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Alih-alih membuka dapur umum atau memesan makanan ke rumah makan atau katering, Teguh memilih memberdayakan masyarakat di sekitar kediamannya di Cilandak Barat, Jakarta Selatan untuk memasak. Tujuannya adalah agar perekonomian di wilayah tersebut tetap bergeliat.
Masyarakat yang dia berdayakan untuk memasak adalah mereka yang setiap harinya mengandalkan penghasilan dari warung-warung makan dan rumah tangga yang tak lagi berpenghasilan akibat pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Saya selalu beli dari masyarakat sekitar, karena efeknya domino ke perekonomian sekitar, terakhir saya sempat borong pisang satu gerobak dari pedagang yang lewat. Sebelumnya paket sayur, buah, dan daging juga demikian,” tuturnya.
Lebih lanjut, Teguh menjelaskan siapa saja bisa ikut berkontribusi memberikan bantuan bersama dirinya. Dia tak membatasi jenis bantuan yang ingin diberikan, bisa berupa uang tunai atau barang-barang yang bisa langsung disalurkan kepada masyarakat.
Adapun, khusus untuk menerima donasi berupa uang tunai dirinya menggunakan rekening pribadi sang istri, Mira Tedja.
Setiap donasi yang masuk dia catat dan dilaporkan setiap dua pekan sekali beserta dengan uang yang telah dikeluarkan. Jumlah paket bantuan yang diberikan jumlahnya tidak sama setiap harinya.
Namun, rata-rata setiap hari Teguh bisa membagikan lebih dari 200 bungkus makanan siap saji, diluar paket sayuran dan daging yang tidak dibagikan setiap hari.
“Saya laporkan di sosial media Instagram dan ke donatur langsung. Kalau laporan kegiatan itu setiap hari saya laporkan seperti apa. Donaturnya banyak, ada yang [menyumbang] kecil-kecil tapi rutin, ada yang sekaligus banyak Rp10 juta misalnya tapi sekali saja,” ungkapnya.
Penyaluran bantuan yang dilakukan Teguh mengandalkan perangkat rukun tetangga (RT) yang ada di lingkungan Cilandak Barat dan Pondok Labu, Jakarta Selatan. Alasannya mengandalkan perangkat RT adalah agar lebih mudah diawasi oleh masyarakat penerima bantuan.
“Kalau ada apa-apa ya masyarakat bisa langsung mengawasi. Tidak perlu repot-repot,” ujarnya.
Kemudian, Teguh juga berharap agar apa yang dirinya lakukan bisa ditiru di daerah lainnya, terlebih oleh mereka yang punya pengaruh dan sumber daya lebih besar dari dirinya.
Di luar lingkungan sekitar tempat tinggalnya, dia sendiri tengah mencoba menggalang donasi untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan di Sumba, Nusa Tenggara Timur lewat Lembaga Pelestarian Rumah Budaya Sumba.