Bisnis.com, JAKARTA – Warga Inggris mengalami gangguan tidur selama masa pandemi virus corona atau Covid-19.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Lembaga riset Ipsos Mori dan King's College London, sebagian warga Inggris terutama wanita, remaja, dan sedang dalam masalah finansial mengalami gangguan tidur. Adapun dalam riset ini mereka mewawancarai 2.254 penduduk Inggris berusia antara 16 hingga 75 tahun secara online pada akhir Mei.
"Seperti begitu banyak tentang Covid-19, kondisi orang sangat berbeda tergantung pada keadaan krisis yang mempengaruhi mereka, dan itu termasuk aspek kehidupan yang paling mendasar, seperti tidur," kata Profesor Bobby Duffy dari King's College London, dilansir dari Express UK, Kamis (4/6/2020).
Dia menambahkan bahwa hampir dua pertiga dari mereka yang diwawancarai mengatakan ada beberapa dampak negatif pada tidur mereka.
Gangguan tidur sering dikaitkan dengan stres dan juga dapat meningkatkan stres, membentuk siklus yang sulit untuk diatur kembali, kata Dr Ivana Rosenzweig, dari Kings College.
Seperempat orang yang diwawancarai mengatakan mereka lebih banyak tidur. "Sebagai masyarakat, kita sama sekali tidak mendapatkan kesempatan untuk tidur sebanyak yang kita butuhkan, dan bahwa pandemi ini memungkinkan sebagian dari kita menemukan kembali pentingnya tidur," tutur Dr Rosenzweig menambahkan.
Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan bahwa lockdown yang dilakukan selama pandemi memiliki efek negatif pada pola tidur banyak orang.
Profesor Sleep Medicine di Oxford University, Colin A Espie, mengatakan perubahan pada aktivitas orang yang biasa selama lockdown mengganggu siklus tidur-bangun 24 jam, yang dikenal sebagai ritme sirkadian. "Saya jelas mencatat lebih banyak orang memiliki masalah dengan tidur," kata Profesor Espie kepada Sky News.
Menurutnya penting untuk tetap sehat di malam hari. "Tidur adalah pusat kehidupan kita dan karena itu terjadi secara otomatis,” sebutnya.
Cahaya alami juga penting dalam siklus tidur karena reseptor mata bereaksi paling kuat terhadap cahaya putih dari matahari.
"Orang-orang mendapatkan lebih sedikit sinar matahari dan tidak bangun pagi-pagi. Kehilangan cahaya dan perubahan kebiasaan memungkinkan jam tubuh melayang dan dapat menyebabkan rasa tidak enak,” imbuhnya.
Espie menambahkan sangat penting untuk mempertahankan rutinitas dan mendapatkan sinar matahari. Ini berarti bangun pada waktu yang biasa dilakukan, dan menjalani aktivitas layaknya rutinitas seperti biasa.
"Ini membantu menjaga ritme, dan jika kamu berolahraga di luar, lakukan pagi-pagi sekali untuk memanfaatkan cahaya luar sejak dini,” tukasnya.