Pertanian hidroponik/Antara
Fashion

Cerita Ridwan Kamil dan Ignasius Jonan soal Urban Farming selama Pandemi

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Kamis, 18 Juni 2020 - 23:41
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan berbagi cerita melakukan urban farming selama masa pandemi.

Merebaknya virus Covid-19 telah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup lebih sehat. Salah satunya dengan memperhatikan sumber bahan makanan.

Dalam webinar Marketeers Hangout 2020, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku telah menggeluti urban farming sejak 2008. Dia menilai kondisi pandemi kini sukses mendorong semangat urban farming bagi masyarakat perkotaan.

Dia menyebut pandemi juga menjadi momentum bagi urban farming untuk tumbuh dengan memanfaatkan area sekitar. Lahan sekecil apapun seharusnya bisa dimanfaatkan dengan lebih baik untuk menciptakan faktor ekologi, ekonomi, dan edukasi.

“Ada tiga aspek yang saya yakini, ekologi yaitu menghijaukan yg bisa dihijaukan, nilai ekonomi agar hijaunya bisa dijual, dan nilai edukasi untuk mengedukasi urban citizen," ungkapnya, Kamis (18/6/2020).

Menurut Kang Emil, kebiasaan orang Indonesia yang senang berkumpul dapat dimanfaatkan untuk membentuk komunitas yang menggalakan urban farming di perkotaan. Dia berpendapat, situasi keterbatasan lahan tidak menghambat kreativitas menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

Kang Emil mengaku paling menggemari tanaman kangkung dan bayam yang bisa dipanen dalam waktu 21 hari untuk konsumsi sehari-hari.

Sementara itu, mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan juga merasakan manfaat dari urban farming yang membuat udara di sekitarnya semakin segar.

Jonan melakukan urban farming dengan tanaman hidroponik di halaman rumahnya.

Mantan Direktur PT KAI ini lantas berbagi tips bagi masyarakat perkotaan yang ingin bercocok di rumah bisa memulainya dengan belajar tutorial di internet. Selain itu, penting untuk memperhatikan aspek pencahayaan, dan air bagi tanaman hidroponik.

“Saran saya untuk hidroponik yang penting airnya harus mengalir, dan ph air harus dicek kurang lebih 5,5. Kalau ph lebih tinggi bisa disesuaikan dengan electro acid," ujar Jonan.

Jonan menambahkan, biaya yang dikeluarkan untuk mengelola urban farming hidroponik terbilang murah. Hanya Rp300 ribu per bulan, dia bisa memelihara sekitar 2.000 lubang benih dan bibit sayur mayur pada pipa sepanjang 400 meter.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro