Bisnis.com, JAKARTA – Ilmuwan menyatakan bahwa pabrik peternakan di China menciptakan lingkungan yang sempurna untuk proses mutasi dan amplifikasi virus baru, yang jika kondisinya tidak membaik maka pandemi virus Covid-19 bukan menjadi yang terakhir.
Global Head of Research and Animal Welfare for Animals in Farming, Kate Blaszak, menggambarkan pertumbuhan unit peternakan dan pertanian intensif tidak hanya di China, tapi di seluruh dunia dan menyatakan itu memiliki potensi untuk meningkatkan resistensi antibiotik.
Selain itu, kondisi pabrikan peternakan yang ada juga memiliki potensi untuk menghasilkan patogen yang lebih mematikan dari Covid-19, “China sedang menginkubasi dua jenis baru flu burung. Mereka juga sedang menghadapi wabah flu babi, yang merupakan campuran virus manusia, babi, dan flu burung,” katanya seperti dikutip Express UK.
Dia menyebut berbagai virus tersebut bercampur menjadi satu patogen yang sangat kuat. Menurutnya, virus flu babi yang kini telah merebak di China berpotensi mengikat dengan sangat tinggi di tenggorokan dan sistem pernapasan manusia.
Blaszak mengatakan dalam 10 hingga 15 tahun terakhir, China telah melihat pergeseran besar dan cepat dari praktik pertanian tradisional menjadi model pertanian intensitas tinggi di Amerika Serikat, ketika hewan disimpan di lingkungan yang gelap dan terbatas.
Dia menggambarkan sistem pertanian pabrik baru di China sebagai peraturan yang kurang dan beroperasi dengan prinsip kesejahteraan hewan yang sangat buruk. Ratusan juta hewan yang terkandung dalam sistem pabrik baru berada di bawah tekanan.
Akibatnya, sistem kekebalan tubuh hewan menurun sehingga perlu diberikan pakan antibiotik terus menerus untuk tetap hidup dan sehat, “Lingkungan yang sejahtera seperti ini menurunkan kekebalan hewan dan memungkinkan penyebaran virus,” ungkapnya.
Dengan demikian, pabrikan yang ada menciptakan skenario sempurna untuk pencampuran, mutasi, dan amplifikasi virus. Dia menambahkan limbah besar dari peternakan dan pengolahan hewan juga berisiko bagi manusia.
Ilmuwan memperingatkan risiko tinggi infeksi hewan ke manusia dari memiliki hewan hidup di pasar basah. Penyebab kekhawatiran di China adalah fakta bahwa mereka bergerak menuju model produksi daging intensif seperti Amerika Serikat.
Blaszak menjelaskan bagaimana jumlah hewan dengan kepadatan tinggi dan seragam secara genetik adalah kondisi yang sempurna untuk diperbanyak oleh virus yang muncul, dan berpotensi melompat ke manusia.
Menurutnya, hewan-hewan yang secara genetik seragam dan berdesakan perlu inokulasi tahunan untuk melindungi mereka terhadap kerusakan akibat virus yang dapat bermutasi dengan cepat dan lebih kuat lagi.
Dibutuhkan waktu yang lama dan biaya besar untuk mengembangkan vaksin virus baru yang sedang dibentuk. Vaksin juga perlu terus dikembangkan ketika virus mengalami mutasi yang cepat. Selain itu, karena 75 persen antibiotik digunakan dalam pemeliharaan hewan, ada risiko mereka dapat menciptakan bakteri yang resisten.
Untuk mengatasi hal ini, Blaszak menyatakan perlunya meningkatkan standar kesejahteraan hewan dan menjauhi sistem peternakan industri, sehingga dapat mengurangi tekanan produksi daging dengan mengurangi konsumsi.
Sejak 2016, negara tersebut telah membuat beberapa kebijakan signifikan dalam menjauhkan diri dari konsumsi daging dan meningkatkan ketahanan pangan negaranya. Namun demikian dalam konteks global, Blaszak menyebut seluruh dunia harus memikirkan kembali konsumsi daging mereka.
“Dunia harus menjauh dari sistem peternakan intensif dan meningkatkan standar kesejahteraan hewan. Seharusnya ada pengurangan konsumsi daging,” katanya.