Bisnis.com, JAKARTA -- Banyak pihak yang menganggap proses penyusunan business plan tidak terlalu diperlukan, karena tahap eksekusi dipandang jauh lebih penting. Namun, sesungguhnya penyusunan business plan adalah tahap krusial yang tak boleh dilewati. Bahkan, dengan perencanaan dan road map yang matang, dapat mempersiapkan para pebisnis pada saat krisis datang menghantam di saat yang paling tidak terduga.
Steve Saerang, VP of Communication DANA Indonesia, menyebutkan bahwa business plan itu layaknya seni. “Kadang-kadang kita sudah terbayang ide bisnisnya apa, atau peluang bisnisnya sudah terlihat. Tapi itu baru ide, masih di kepala. Bagaimana kita mengeksekusinya, itulah seninya. Business plan adalah seni, kita imajinasikan dulu, lalu kita pilih cara mengeksekusinya seperti apa,” kata Steve dikutip dari siaran resmi Diplomat Success Challenge, Sabtu (8/8/2020).
Disampaikan Steve, business plan penting sebagai pola, bahan bakar, dan arah menjalankan bisnis. “Namun business plan saja tidak cukup untuk membuat bisnis berjalan baik. Harus diiringi juga dengan ‘competitive strategy’. Competitive strategy adalah bagaimana kita lebih baik dari rival kita."
Steve membagikan tips untuk menemukan model bisnis yang tepat, membaginya dalam dua cara atau tahapan, yakni: ‘The Normal Way’ (cara normal), dan ‘The Unorthodox Way’ (cara yang tidak lazim).
1. The Normal Way
- Creation and production: Segala aktivitas yang terkait dengan produksi, termasuk merancang, membeli bahan mentah, pembuatan, dsb.
- Marketing and sells: Semua aktivitas yang terkait dengan penjualan: menemukan dan meraih konsumen, penawaran harga khusus, distribusi produk atau memberikan jasa.
2. The Unorthodox Way
Cara yang tidak lazim dalam menentukan model bisnis yang tepat ini biasa dikenal juga sebagai inovasi produk. Bisa jadi, produk atau jasa yang akan ditawarkan merupakan sesuatu yang sama sekali baru. Untuk melakukan cara yang tidak lazim ini, ada beberapa elemen dari ‘Business Model Canvas’, atau sebuah cara yang terorganisir untuk memaparkan asumsi mengenai sumber daya dan aktivitas kunci. Elemen-elemen tersebut termasuk:
- Value proposition (apa yang membedakan produk dari produk lain)
- Customer segments (target pasar)
- Customer relationship (bagaimana berhubungan dan berkomunikasi dengan konsumen)
- Channels (bagaimana cara promosi)
- Cost structure (biaya yang dibutuhkan, pricing)
- Revenue stream (dengan harga yang ditetapkan, apakah cash flow cukup untuk jalankan bisnis)
Steve juga menambahkan beberapa indikator untuk mengukur relevansi model bisnis yang telah disusun. Kapan model bisnis tersebut menjadi tidak relevan lagi?
- Saat inovasi yang dilakukan hanya menunjukkan kemajuan tidak berarti atau semakin mengecil
- Saat karyawan atau tim sudah tidak mampu menemukan hal baru lagi untuk menambah inovasi
- Saat konsumen sudah berpindah ke alternatif yang lain
Untuk mengubah model bisnis, Steve menyebutkan beberapa hal penting yang harus dilakukan, terutama di saat krisis, yakni:
- Mengubah atau menambah komposisi produk dan jasa
- Menunda keputusan-keputusan penting
- Mengubah orang yang membuat keputusan
- Mengubah insentif di value chain
Lebih jauh lagi, Steve mengingatkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun ulang model bisnis, khususnya di tengah pandemi.
“Salah satunya memperhatikan kebijakan pemerintah, baik level nasional maupun provinsi. Kuncinya, baca berita. Misalnya, mengikuti kebijakan terkait stimulus UMKM atau PSBB. Misalnya, September pariwisata sudah dibuka, dengan berbagai pembatasan. Kita pikirkan solusi apa, misalnya solusi reservasi,” katanya.
Setelah mengamati kebijakan pemerintah, pengusaha harus bisa membuat pilihan-pilihan sesuai dengan aset usaha. “Lihat aset yang kita miliki, dan aset itu bisa menghasilkan apa?”
Selain itu, pengusaha juga harus memperhitungkan tata kelola.
“Di masa pandemi ini, banyak bisnis memecat pegawai atau memotong gaji. Sebenarnya bisa saja dipikirkan cara baru. Misalnya, bergeser dari fixed salary ke target salary amount. Awalnya gaji karyawan itu bulanan, lalu berdapatasi ke penghasilan sesuai penjualan, karena semua harus jualan. Itu contoh adaptasi rencana dan model bisnis.” kata Steve.