Bisnis.com, JAKARTA - Kanker kolorektal atau kanker usus besar masih menjadi ancaman bagi setiap orang. Gaya hidup yang kurang sehat, usia, riwayat penyakit, genetik, diabetes menjadi faktor pemicunya.
Apapun namanya kanker, kerap kali terlambat untuk dideteksi, termasuk kanker usus besar. Namun biasanya mereka menunjukkan gejala pada penderitanya.
Melansir Express UK, Jumat (28/8/2020), ketika kanker usus besar mulai menyerang tubuh, penderitanya mungkin mulai mengalami perubahan ukuran dan bentuk tinja. Perubahan cara mengeluarkan kotoran juga bisa menjadi petunjuk.
Bagi penderita kanker usus besar, tinja yang keluar lebih memanjang atau menipis. Alasan perubahan bentuk ini karena bagian dalam usus besar menyempit dan tinja menjadi lebih ramping.
“Kotoran yang sempit yang jarang terjadi mungkin tidak berbahaya. Namun, dalam beberapa kasus, tinja yang sempit, terutama jika seperti pensil tipis, mungkin merupakan tanda penyempitan atau penyumbatan usus besar akibat kanker usus besar," tulis Mayo Clinic.
Dijelaskan Mayo Clinic, Irritable bowel syndrome (IBS) adalah kondisi lain yang dapat menyebabkan perubahan ukuran tinja sehingga menjadi lebih kecil, lebih besar atau lebih sempit dari biasanya.
Perubahan lain dalam kebiasaan buang air besar mungkin termasuk perubahan frekuensi, seperti diare atau sembelit dalam waktu lama, atau sakit perut saat buang air besar.
Beberapa pasien dengan kanker rektal juga mungkin mengalami tenesmus, yang berarti merasa ingin buang air kecil bahkan setelah buang air. Penyebab perasaan ini adalah karena rektum menipu tubuh agar percaya bahwa masih ada kotoran di sana, sehingga menimbulkan sensasi yang aneh.
Dalam skrining kanker usus, pertama yang dilakukan para dokter biasanya melibatkan pengambilan sampel feses, prosedur yang tidak nyaman, tetapi non-invasif dan memiliki sedikit atau tanpa risiko bagi pasien. Tes darah samar feses biasanya digunakan untuk memeriksa feses (dalam hal ini okultisme berarti 'tidak terlihat'). Ini menguji keberadaan darah mikroskopis atau tak terlihat di tinja.
Tingkat skrining kedua jauh lebih invasif. Ini melibatkan sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi. Kolonoskopi menggunakan tabung tipis fleksibel, panjang sekitar 150 cm, untuk memeriksa lapisan dalam usus besar. Ruang lingkup dipandu ke dalam usus melalui anus.