Bisnis.com, JAKARTA - Bersikap ramah terhadap penumpang menjadi prinsip layanan bagi perusahaan otobus (PO) Gunung Harta. Sebagai penyedia jasa layanan transportasi, menurut Direktur PT Gunung Harta Transport Solution I Gede Yoyok Santoso keramahan petugas menjadi kunci pelanggan setia menggunakan jasa mereka.
Dia mengatakan sikap ramah itu wajib diterapkan dari unsur manajemen hingga pekerja lapangan, tak terkecuali para agen PO Gunung Harta. Bahkan tak jarang para agen diminta untuk menghubungi pelanggan secara langsung untuk memberi tahu jadwal keberangkatan bus. Baik bus malam, pariwisata, maupun pengiriman paket.
"Penumpang sudah seperti keluarga. Ramah tamah yang paling penting. Terkadang kita juga kasih souvenir," sebut Yoyok baru-baru ini.
PO Gunung Harta sangat menjaga kepercayaan penumpang dan pelanggan setia. Selain menerapkan sikap ramah kepada penumpang, mereka mengutamakan pelayanan di dalam perjalanan.
Kenyamanan saat menggunakan bus sangat diperhatikan. Oleh karena itu bus harus selalu dalam keadaan sehat begitu pula para kru seperti sopir untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Hingga saat ini, keluhan yang didapat pun biasanya hanya persoalan catering. Itupun langsung diatasi. "Kita komplain ke rekanan rumah makan. Adakan meeting perbaikannya bagaimana. Kita utamakan service," tutur Yoyok.
Memang di tengah pandemi ini ada beberapa aturan kesehatan yang harus diterapkan. Misalnya penumpang diwajibkan menggunakan masker dan menjaga jarak. PO juga menyarankan agar penumpang membawa bantal dan selimut sendiri mengingat fasilitas tersebut ditiadakan selama pandemi ini untuk meminimalisir penularan melalui droplet.
Penumpang yang sakit (suhu tubuh diatas rata-rata diminta untuk tidak melakukan perjalanan, sementara itu PO Gunung Harta akan memberikan dispensasi berupa reschedule tiket tanpa biaya administrasi. Sejumlah persyaratan dimaklumi dan dapat dimaklumi penumpang.
Walaupun diakui Yoyok penumpang menurun drastis selama pandemi Covid-19 di beberapa rute. Misal ke arah Banyuwangi, Jember, Malang, Surabaya, Madura, Tulungagung. "Jarak jauh sampai 80 persen (turunnya). Kereta belum maksimal jalan, kita dapat imbasnya juga," tukas Yoyok.