Bisnis.com, JAKARTA -- Mewabahnya Dalgona Coffee dan Korean Garlic Cheese Bread serta beberapa jenis makanan Korea Selatan selama masa pandemi menandakan pentingnya kreativitas dalam mendorong bisnis kuliner menuju kancah internasional.
Menurut Ketua Umum Perkumpulan Chef Profesional Indonesia, Chef Bambang Nurianto secara umum masakan Korea Selatan menang dan menguasai tren global karena kemampuan mereka yang sangat adaptif dalam melahirkan kreasi. Padahal, kamus makanan Korea Selatan tidak selengkap makanan Indonesia. Namun keterbatasan itu mau tak mau membuat mereka lebih kreatif untuk menciptakan menu-menu baru.
“Kayak Dalgona, lalu Korean Garlic Cheese Bread, dan lainnya itu bukan makanan asli Korea. Namun mereka modifikasi dan yang terpenting mereka membidik generasi muda sebagai pangsa pasar utama,” kata Bambang kepada Bisnis, beberapa waktu yang lalu.
Berkaca dari hal itu, Bambang menegaskan pentingnya Indonesia belajar dari Korea Selatan dalam mengasah kreativitas terutama bagi para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan pelaku usaha kuliner. Dengan demikian, makanan khas Indonesia bisa menjadi populer di dalam negeri hingga ke luar negeri.
Indikator kesuksesan lain dari produk makanan Korea Selatan adalah karena kemapanan finansial mereka. Menurut Bambang rata-rata pelaku usaha kuliner Korsel di negeri ginseng itu maupun yang ekspansi ke luar negeri, kondisi keuangan mereka cukup stabil. Kondisi itu membuat para pelaku usaha Korsel lebih fokus mengembangkan ide dan kreasi terbaru ketimbang fokus mencari profit.
“Kondisi di Indonesia sebaliknya, banyak pelaku usaha kuliner yang secara finansial belum mapan, jadi orientasinya tentu profit dulu,” kata Chef Bambang.
Kekayaan alam di Indonesia dengan produk makanan dan hortikultura yang besar menurut Bambang bisa menjadi solusi mengembangkan produk dan kreasi makanan. Hal ini bisa terwujud dengan campur tangan pemerintah dalam memberikan sejumlah fasilitas pendukung dan insentif untuk menambah kekuatan daya saing produk Indonesia di kancah global.
Misalnya produk pisang di Indonesia selama ini banyak diubah jadi keripik. Belakangan ini saja baru ramai modifikasi dari pisang menjadi pisang goreng, hingga pisang nugget.
"Ini yang perlu diperkuat di Indonesia, pengolahan bahan baku dari hulu ke hilir selain tentu mengandalkan ekspor juga karena bisa menguntungkan. Serta bagaimana kreasi itu bisa viral,” tuturnya.
Beberapa penyebab lain cepatnya ekspansi kuliner asli Indonesia dikarenakan, integrasi yang kuat lintas sektor industri kreatif. Misalnya, salah satu penyebab tingginya animo orang Indonesia terhadap masakan Korsel dikarenakan seringkali makanan tersebut ditampilkan dalam serial drama Korea. Kemunculan makanan Korea yang sangat sering dalam bagian drama, telah memberi stimulus ketertarikan dan membentuk animo di kalangan penontonnya.
“Di Indonesia ini juga masih kurang. Kalau muncul sekadar jadi iklan. Padahal seharusnya masakan khas Indonesia sering dimunculkan sebagai bagian dari konten film dan drama, itu sangat membantu,” pungkasnya.
Untuk bisa menumbuhkan animo masyarakat terhadap masakan Indonesia, Bambang menyebut pemerintah perlu memberi insentif pendukung dari mulai fasilitas sampai kemudahan modal. Pemerintah juga perlu menyusun strategi untuk mendorong kuliner Indonesia sebagai wisata andalan.
Bambang menegaskan, mewujudkan tren makanan Indonesia setara dengan Korsel harus mulai dari orang Indonesia sendiri. Dimana masakan Indonesia harus populer dulu di seluruh Indonesia sebelum kita ekspansi masuk ke pasar global.
"Bagaimanapun Indonesia ini saja sudah pasar yang sangat besar, fokus dulu saja pemerintah mendorong popularitas kuliner dalam negeri,” ujarnya.