Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi anyar dari para ilmuwan China mengungkap bahwa air susu ibu (ASI) dapat mencegah atau mengobati penyakit virus corona baru atau Covid-19.
Dilansir dari SCMP, Senin (28/9) tim peneliti di Beijing melakukan uji coba efek ASI manusia pada sel-sel yang terpapar virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan penyakit pandemi corona baru.
Susu dikumpulkan sejak 2017 lalu, jauh sebelum pandemi terjadi di seluruh penjuru dunia, dan jenis sel yang diuji bervariasi dari sel ginjal hewan hingga sel paru-paru dan usus manusia muda.
Hasilnya menunjukkan hal yang konsisten, yakni sebagian besar strain virus hidup dibunuh oleh susu. Tong Yigang, pemimpin penelitian dari Beijing University of Chemical Technology menyebut ASI dapat memblokir paparan virus dan bahkan replikasi virus setelah masuk.
Sebelumnya, menyusui dilihat sebagai salah satu risiko terjadinya penularan virus. Di Wuhan, bayi yang baru lahir dipisahkan dari ibunya yang dites positif dan diberi makan secara eksklusif dengan formula.
US Center for Disease Control and Prevention (CDC) juga sebelumnya memperingatkan bahwa bayi yang diberi ASI oleh ibu yang terkonfirmasi positif Covid-19, harus dilihat sebagai pembawa 'suspect'.
Akan tetapi, studi terbaru yang dilakukan oleh China itu mendukung sikap resmi dari World Health Organization bahwa ibu harus terus menyusui bayi, bahkan ketika mereka memiliki penyakit Covid-19.
Lembaga kesehatan global itu telah melacak 46 kasus ibu dengan virus corona baru yang menyusui anak-anak mereka di beberapa negara. Gen virus terdeteksi dalam tiga ibu, tetapi tidak ada bukti infeksi yang terjadi.
Adapun, Tong dan rekan penelitiannya mencampur beberapa sel sehat dalam ASI manusia, kemudian mencuci susu dan mengkespos sel-sel ke dalam virus. Setelahnya, tim mengamati hampir tidak ada virus yang masuk ke dalam sel tersebut dan juga replikasi virus dalam sel yang terinfeksi telah berhenti.
Mereka menyimpulkan bahwa infeksi dapat dihambat oleh ASI, yang juga telah diketahui memiliki efek yang menekan bakteri dan virus seperti yang terjadi pada HIV. Para peneliti menduga virus corona sensitif terjadi beberapa protein antivirus dalam susu, tetapi tidak menemukan protein yang bisa menjadi jalan masuk ke tubuh.
Sebaliknya, mereka mengatakan bahwa bahan yang paling mirip untuk menghambat virus adalah whey, yang mengandung beberapa protein yang berbeda. Whey sapi dan kambing dilaporkan mampu menekan strain virus hingga 70 persen, sementara whey manusia mencapai angka 100 persen.
Susu manusia mampu menghilangkan virus dalam berbagai jenis sel yang lebih luas, tetapi para peneliti mengatakan tidak jelas apa yang menyebabkan adanya perbedaan tersebut. Adapun, Tong menyebut hingga kini belum menemukan tanda bahaya yang disebabkan oleh susu manusia.
Beberapa orang tua diketahui menggunakan ASI yang disumbangkan untuk memberi makan bayi mereka, yang sering dipasteurisasi untuk menghilangkan potensi kontaminasi yang ada.
Namun, tim China menemukan bahwa memanaskan susu hingga 90 derajat selama 10 menit dapat menonaktifkan protein whey, yang menyebabkan tingkat perlindungan terhadap virus corona akan turun menjadi sekitar 20 persen.
Para peneliti juga menyebut bahwa penelitian lebih lanjut tetap diperlukan untuk mendapatkan bukti yang jauh lebih akurat, sebelum mengambil tindakan tertentu, "Ada baiknya mengidentifikasi faktor kunci untuk pengembangan obat antivirus lebih lanjut," tulis kesimpulan para peneliti.