Bisnis.com, JAKARTA - Pagebluk virus corona (Covid-19) memang membuat dunia jungkir balik. Bukan hanya manusia, semua sektor kehidupan menjadi sakit karenanya.
Namun bukan berarti di tengah ketidakjelasan ini, kita sebagai manusia harus menyerah pada keadaan dan berdiam diri saja. Usaha harus dilakukan, karya tetap digelorakan.
"Filsuf Jalaludin Rumi mengatakan bahwa meditasi itu 'bergerak' seperti tarian para Darwis di Turki," begitu lah seniman mapan Heri Dono berkata kepada Bisnis menggambarkan kesehariannya di tengah pandemi Covid-19.
Dijelaskan Heri, para seniman termasuk dirinya banyak melakukan kontemplasi di masa pandemi Covid-19 ini. Kontemplasi tersebut dilakukan dengan kegiatan non fisik guna mencari langkah strategis dan kreatif dalam bentuk rancangan yang dapat direalisasikan. Ya, dengan kata lain seniman tetap berkarya walaupun virus corona melanda dan tak jelas kapan hilangnya.
Lagi pula, peminat seni masih ada. Diakui Heri walaupun pandemi, permintaan kolektor terhadap karyanya tetap berjalan seperti biasa. Semua berkat teknologi dan digitalisasi, komunikasi dengan para kolektor bisa berlangsung walau tak bertatap muka.
Begitu pula dengan penikmat seni. Meskipun tidak banyak perhelatan seni digelar secara langsung, baik di galeri, museum, maupun ruang publik lainnya, namun dengan memanfaatkan teknologi, ruang virtual menjadi alternatif untuk bisa menikmatinya.
Selama pandemi termasuk fase kenormalan baru ini, karya Heri yang berhasil dipamerkan antara lain seni instalasi berjudul Rekayasa Genetika di Lawangwangi Art Space, Pandora of Pharty Semar di Mizuma Gallery Singapore, Unindetified Unflying Astronauts di Tang Gallery Hongkong.
Kemudian 7 buah karya lukisan dan 2 karya instalasi berjudul The Babies Corona & Vehicle for New Way of Life di Tirtodipuran Link. "Karya instalasi tersebut yang masih saya garap ini terinspirasi dari situasi pandemi," jelasnya.
Ada pula 5 buah lukisan kecil dan 1 seni instalasi berjudul The Guard of Angels di ArtJog 2020 'Resilience' yang hasil penjualannya nanti sepenuhnya untuk disumbangkan kepada seniman yang terdampak virus corona.
Ya, para seniman menurut Heri sudah terbiasa untuk saling membantu apabila ada yang mengalami masa sulit. Bantuan bisa secara informal atau menciptakan 'dana abadi seniman' dengan menggalang art event. Seniman pun selalu sigap untuk menggalang dana dan melakukan kegiatan sosial apabila terjadi bencana seperti gempa bumi atau gunung meletus.
Sementara itu, karya lain Heri yang dipamerkan saat pandemi yakni seni instalasi berjudul Ronggowarsito's Perspective. Ini merupakan karya dari pameran tunggal Heri bertema The Age of Craziness (Zaman Edan) di STPI Creative Workshop and Gallery, Singapura.
Pada Oktober nanti, Heri juga akan mengikutkan karyanya dalam acara 'Time Capsule' yang dikurasi oleh Black Radical Imagination, Jheanelle Brown di 18th Street Art Center, California.
"Karya-karya yang dipamerkan ada yang dikirim ke gallery namun ada juga yang hanya berupa image-image karya yang dikirimkan. Ada juga object yang didapatkan di negara dimana karya saya akan dipamerkan," tutur Heri.
Kendati kegiatan di ranah seni ini tetap berjalan, dia berharap pemerintah maupun swasta tetap membantu pekerja seni atau seniman. Misalnya dengan memfasilitasi ruang pameran atau pertunjukan virtual, termasuk juga bantuan perangkat teknologi sebagai infrastruktur kegiatan seni dan budaya.