Bisnis.com, JAKARTA - Dalam sepekan terakhir, media sosial digoyang oleh desas-desus soal penggunaan masker yang diklaim bisa memicu kanker.
Menurut penelusuran Bisnis, klaim ini pertama kali muncul dari unggahan seorang pengguna jejaring sosial Facebook bernama Alicia Rubi. Unggahan tersebut kini telah lenyap, namun sempat disebarkan ulang melalui status lain yang ditulis oleh akun bernama Nicola Guillermo.
Selain kanker, dalam unggahan tersebut dia juga menyebut masker dapat memicu kerusakan otak karena deprivasi oksigen. Klaim ini langsung disebarluaskan oleh akun-akun lain, salah satunya oleh pengguna Facebook bernama MikaLavicci Brand.
MikaLavicci, dalam statusnya, mengutarakan klaim lebih bombastis bahwa penggunaan masker dapa menghilangkan 35 persen sel oksigen, yang ujungnya menimbulkan risiko penyakit termasuk kanker. Meski demikian, klaim ini rupanya tak berdasar.
Pakar kesehatan dokter Seema Yasmin, dalam sebuah paparan informasi di laman Learnaboutcovid.org menyatakan bahwa memakai masker sama sekali tidak memicu risiko terkena kanker.
"Tidak ada bukti terkini yang mendasari bahwa penggunaan masker wajah berkorelasi dengan kanker. Sains menunjukkan bahwa menggunakan masker jauh lebih banyak mendatangkan manfaat alih-alih risiko," jelas Yasmin.
Hal senada dipaparkan oleh pakar kesehatan David G.Hill dalam sebuah publikasi artikel di lung.org. Hill lantas mengatakan kabar hoaks soal kanker dan masker berbahaya, karena justru dapat membuat publik khawatir dan tidak memakai masker. Padahal, beraktivitas tanpa masker akan memicu risiko berbahaya.
"Meski penelitian kredibel tentang penggunaan masker terbatas, semua data yang mendukung menyatakan bahwa menggunakan masker adalah hal yang perlu jadi prioritas pertama untuk menangkal penyebaran virus Covid-19," tandasnya.