Tifoid dan Demam Kuning
3. Demam tifoid
Demam tifoid adalah penyakit mematikan yang bisa menyebar luas melalui makanan dan air. Meskipun relatif tidak umum di kawasan industri, ini tetap menjadi ancaman yang signifikan di negara berkembang di seluruh Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin.
Dua vaksin tersedia secara komersial untuk mencegah demam tifoid. Setelah bakteri yang bertanggung jawab atas penyakit tersebut ditemukan pada tahun 1880, ilmuwan Jerman pertama kali memulai penelitian terhadap upaya ini pada tahun 1896.
Pada 1909, dokter Angkatan Darat AS Frederick F. Russell mengembangkan vaksinasi tifoid AS yang pertama. Selama beberapa tahun berikutnya, vaksin akan digunakan untuk keperluan militer, tetapi pada tahun 1914, vaksin itu tersedia di kalangan masyarakat umum Amerika. Saat ini, demam tifoid jarang terjadi di AS dan vaksinasi tidak umum direkomendasikan untuk penggunaan rutin.
4. Demam kuning
Pada 1951, Max Theiler menjadi ilmuwan pertama dan satu-satunya yang menerima Hadiah Nobel untuk pengembangan vaksin. Usahanya untuk mengendalikan demam kuning dipuji secara luas oleh komunitas ilmiah, dan dia membantu mengoreksi penelitian yang menyesatkan selama bertahun-tahun.
Demam kuning telah menyebabkan epidemi mematikan sepanjang sejarah manusia selama lebih dari 500 tahun, dan pada akhir abad ke-19, penyakit ini dikenal sebagai ancaman di seluruh dunia. Tetapi sedikit yang diketahui tentang penyakit itu sendiri, dan upaya vaksinasi awal pada penutupan abad ini secara keliru berfokus pada penularan bakteri padahal sebenarnya disebabkan oleh virus.
Pada 1918, para peneliti yang bekerja untuk Institut Rockefeller mengembangkan apa yang mereka anggap sebagai vaksinasi demam kuning pertama yang berhasil, tetapi pada tahun 1926 Theiler membuktikan sebaliknya dan vaksin yang salah menghentikan produksi.
Lebih dari satu dekade kemudian, pada tahun 1937, Theiler menciptakan vaksinasi demam kuning pertama yang aman dan efektif, yang sejak itu menjadi standar universal.
