Hidung/Istimewa
Health

Peneliti Ungkap Penyebab Anosmia pada Penderita Covid-19

Syaiful Millah
Rabu, 4 November 2020 - 13:24
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah studi pendahuluan menyatakan bahwa virus corona baru SARS-CoV-2 dapat menginfeksi sel-sel di mulut, yang dapat memicu penyebaran virus baik di dalam tubuh maupun ke orang lain.

Dilansir dari Fox News, Rabu (4/11) pada studi baru yang dirilis akhir Oktober lalu dalam basis data medRxiv, para peneliti memperkirakan jaringan mulut mana yang paling rentan terhadap SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.

Tim peneliti memeriksa RNA untuk berbagai jenis sel di mulut. Mereka menemukan bahwa, dibandingkan dengan jaringan mulut lainnya, sel-sel dari kelenjar ludah, lidah dan, amandel membawa paling banyak RNA yang terkait dengan protein yang dibutuhkan virus corona untuk menginfeksi sel.

Ini termasuk reseptor ACE2, yang ditancapkan oleh virus, dan enzim yang disebut TMPRSS, yang memungkinkan virus untuk menggabungkan membrannya dengan membran sel inang dan menyelinap ke dalam tubuh.

Para peneliti kemudian mengambil sampel air liur dari pasien Covid-19 dan menemukan bahwa, karena sel-sel mulut mengelupas ke dalam ludah kita, mereka dapat mendeteksi sel-sel yang terinfeksi yang mengapung di dalam sampel.

Semakin banyak virus yang mereka temukan, semakin besar kemungkinan pasien mengalami kehilangan bau dan rasa sebagai salah satu gejalanya, meskipun air liur dari beberapa orang tanpa gejala juga mengandung sel yang terinfeksi.

Selain itu, tim tersebut juga memeriksa jaringan mulut dari pasien Covid-19 yang telah meninggal, dan mereka menemukan lebih banyak bukti infeksi pada jenis sel rentan yang mereka tandai.

"Studi kami menunjukkan bahwa mulut adalah jalur infeksi sekaligus inkubator virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19," kata Kevin Byrd, peneliti dan manajer Oral and Craniofacial Research American Dental Association Science and Research Institute kepada Live Science.

Dia melanjutkan bahwa secara teoritis, infeksi SARS-CoV-2 di mulut dapat menyebabkan perubahan produksi atau kualitas air liur, yang berkontribusi pada gejala hilangnya rasa. Hal ini bisa menjadi jawaban banyaknya pasien yang mengalami gejala tersebut.

Dia berharap penelitian di masa depan dapat mengungkapkan bagaimana infeksi mulut ini memengaruhi perjalanan penyakit pada pasien Covid-19, serta bagaimana sel-sel yang terinfeksi tersebut berkontribusi pada penyebaran virus corona di antara manusia.

"Melihat keberadaan virus di dalam kelenjar ludah, saya pikir itu hal baru. Itulah yang menarik bagi saya sebagai seorang dokter," kata Alessandro Villa, asisten profesor dan kepala Sol Silverman Oral Medicine Clinic at the University of California, San Francisco yang tidak terlibat dalam studi.

Namun, Villa menyebut penelitian tersebut hanya mengamati beberapa lusin orang. Jumlahnya sangat kecil, tetapi akan menarik untuk melihat apa yang terjadi jika penelitian ini dilakukan dalam skala besar yang lebih banyak hal yang ditemukan.

Beruntungnya, penulis penelitian membantu menyusun alat yang dapat mempermudah penelitian infeksi mulut di masa mendatang. Secara khusus, mereka membuat atlas sel yang berbeda di mulut, yang pada dasarnya berfungsi sebagai peta sel mana yang berisi RNA apa, dan di mana.

Byrd mengatakan atlas baru itu memberi mereka cara untuk menganalisis 50 jenis sel mulut sekaligus. Atlas juga membantu mereka menentukan sel-sel berisiko tinggi untuk terinfeksi SARS-CoV-2, untuk selanjutnya diperiksa terhadap sampel air liur dan jaringan yang diautopsi pasien.

Masih Teka-Teki

Kendati penelitian tersebut memberi bukti yang meyakinkan bahwa SARS-CoV-2 menginfeksi sel-sel di dalam mulut, tetapi ada sejumlah pertanyaan terkait yang hingga kini masih menjadi teka teki terkait pandemi Covid-19.

Misalnya, penelitian tersebut tidak dapat menunjukkan seberapa banyak virus yang ditemukan dalam air liur sebenarnya yang berasal dari sel mulut yang terinfeksi. Ada kemungkinan beberapa virus berasal dari tempat lain, seperti hidung atau paru-paru.

"Namun, kami menemukan kelenjar ludah yang kurang dihargai tetapi tersebar luas. Ini yang disebut kelenjar ludah minor, yang dapat membuat virus sendiri setelah terinfeksi," kata Byrd.

Tim mengkonfirmasi hal ini dengan memeriksa kadar RNA virus corona dalam sel menggunakan PCR, sejenis tes yang sering digunakan untuk mendeteksi dan mendiagnosis Covid-19, serta teknik yang disebut hibridisasi in situ yang juga mendeteksi materi genetik.

Selain itu, kita belum mengetahui bagaimana fungsi kelenjar ludah berubah setelah terinfeksi virus corona. Villa menuturkan jika produksi air liur terganggu, dapat dispekulasikan bahwa seseorang telah mengembangkan perubahan indera rasa karena air liur membawa molekul ke reseptor rasa di lidah.

Byrd menuturkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana virus corona menginfeksi sel mulut, pada tingkat molekuler, dapat membantu meningkatkan perawatan untuk pasien dengan gejala tersebut.

Beberapa uji klinis juga sedang menyelidiki apakah obat kumur dapat membantu mencegah atau mengobati infeksi Covid-19. Misalnya peneliti UCSF yang berencana untuk melakukan satu percobaan seperti itu.

Adapun, studi baru menunjukkan satu poin penting bahwa orang tanpa gejala dapat membawa banyak partikel virus dalam air liur mereka. Pada dua orang tanpa gejala yang termasuk dalam penelitian, virus ditemukan dalam air liur mereka 14 hari setelah tes positif pertama mereka,

"Penelitian ini sangat menggarisbawahi pentingnya langkah-langkah kesehatan masyarakat yang kami tahu efektif - masker, jarak sosial, dan cuci tangan - apakah Anda memiliki gejala atau tidak. Selain masih banyak yang harus dipelajari tentang virus SARS-CoV-2," kata Byrd.

Penulis : Syaiful Millah
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro