Bisnis.com, JAKARTA - Aksi boikot produk Prancis di Indonesia dinilai tidak terlalu signifikan dampaknya pada pemerintah Indonesia.
Demikian menurut ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati. Menurutnya, boikot itu tapi dirasakan efeknya pada pemerintah Prancis sendiri. tercatat, katanya, sampai saat ini impor produk Prancis ke Indonesia turun hingga US$100 juta, dari sebelumnya US$800 juta, dan hingga kini hanya US$700 juta.
Hingga akhir tahun, katanya, impor itu kemungkinan besar maksimal hanya kurang dari US$700 juta. Pasalnya, katanya, impor dari Prancis ke Indonesia juga tidak terlalu besar seperti negara lainnya.
Dia juga menilai boikot yang diberlakukan di Indonesia itu hanya bersifat individu saja bukanlah kebijakan pemerintah seperti yang diserukan negara-negara muslim lainnya.
Selain itu, katanya, produk impor Prancis ini katanya kebanyakan merupakan barang fesyen yang bukan bahan utama, karena masih ada penggantinya. Misalnya saja tas, dan makeup.
Selain itu harga komoditas buatan Prancis terbilang mahal dan konsumennya kebanyakan kelompok menengah ke atas. Golongan ini, kata Enny, relatif teredukasi dan tak terpengaruh dengan apa yang terjadi di Prancis.
Dia mengatakan penurunan impor itu juga bukan semata-mata karena boikot, tapi memang permintaan di masa pandemi menurun.
Sementara untuk investasi umumnya bersifat license seperti komponen pesawat dan lainnya.