Bambang Pamungkas/instagram
Health

Sempat Trauma pada Sang Ayah, Ini Kesaksian Bepe Tetap Bisa Sukses

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Jumat, 6 November 2020 - 19:07
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Mantan pemain sepak bola timnas Indonesia, Bambang Pamungkas, mengaku sempat melalui trauma saat bermain bola karena tertekan oleh ayahnya.

Perjalanan karir Bambang yang akrab disapa Bepe ini melalui jalan yang terjal. Awalnya, Bepe tidak menerima persetujuan orangtua untuk bisa menjadi pemain bola sekalipun sang ayah adalah pelatih sepak bola.

Maklum saja, lebih dari 20 tahun yang lalu menjadi pemain bola masih dianggap sebelah mata, sangat berbeda dengan pemain sepak bola masa kini yang populer menyamai artis.

"Saya berasal dari daerah sederhana, di mana orangtua saya ingin agar saya menjadi pegawai negeri," ujar Bepe yang sekarang menjadi manajer Persija Jakarta, Kamis (5/11/2020) dalam webinar bersama Biskuat.

Dengan nekat, Bambang tetap memutuskan untuk memilih sepak bola sebagai pilihan hidup dan karir masa depannya. Tak tanggung-tanggung, dengan usaha keras meyakinkan orangtua agar setuju dengan pilihannya, Bepe bahkan membuat perjanjian hitam di atas putih dengan orangtua untuk bisa sukses sebagai pemain bola.

Belajar dari pengalaman itu, dia pun menganjurkan agar orang tua dapat memberi pengarahan kepada anak tanpa perlu menekannya.

"Orang tua itu sebaiknya berperan jadi yang mengarahkan dan benteng. Maksudnya jadi benteng adalah membentengi anak bahwa yang baik didukung dan yang jelek dikasih tahu, jangan dilakukan," tuturnya.

TRAUMA OLEH AYAH

Memiliki ayah yang merupakan pelatih sepak bola ternyata memberi beban psikis pada Bepe. Pasalnya sang ayah sering kali memberikan saran sampai kritik pedas yang membuat Bepe hilang kepercayaan diri.

"Ayah saya pelatih sepak bola, kritikus terbesar saya dalam karier saya,” ungkapnya.

Akibat tidak nyaman dengan ayah, Bepe seringkali melarang sang ayah untuk datang dan menonton dia saat bertanding. Dia mengaku takut, khawatir, dan bisa mendadak tak bisa fokus bermain karena kehadiran sang ayah.

Dia pun membeberkan trauma itu sempat membuat pelatih Bepe harus rela mendatangi rumah Bepe di Salatiga hanya untuk ayahnya untuk tidak menonton Bepe.

“Jadi pernah suatu ketika pelatih saya ketemu orang tua saya cuma untuk bilang kalau Bambang main, jangan ditonton karena kalau ditonton saya benar-benar hilang (kemampuan) main bolanya,” ucapnya.

Oleh sebab itu, berkaca dari pengalaman hidupnya sendiri, Bepe pun menganjurkan agar para orang tua dapat memberi pengarahan kepada anak tanpa perlu menekan anak.

"Orang tua sebaiknya berperan mengarahkan dan benteng. Maksudnya jadi benteng adalah membentengi anak bahwa yang baik didukung dan yang jelek dikasih tahu, jangan dilakukan," ujarnya lagi.

Psikolog Anak dan Keluarga Vera Itabiliana Hadiwidjojo menyatakan dari kasus yang dialami Bepe, menunjukkan posisi orang tua dalam pengembangan anak yaitu perlu mendukung, mengapresiasi, dan mendampingi anak.

Orangtua harus menjadi pendengar yang baik saat anak mulai mengalami ketidakstabilan emosi. Dia mengimbau para orang tua tidak langsung mengutarakan solusi secara blak-blakan dan pedas.

"Kadang anak cuma butuh didengar dan dipahami. Setelah didengar, kadang solusi bisa muncul sendiri dari anak. Atau solusi bisa dicari," sambung Vera.

Dia mengilustrasikan, ketika anak bosan dengan kegiatan dan latihan, orang tua wajib menanyakan dan mendengarkan keluhan anak.

"Kadang nanti dia bilang 'ya sudah besok aku latihan lebih giat lagi'," ujar Vera.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro