Bisnis.com, JAKARTA – Calon Presiden Amerika Serikat terpilih Joe Biden dihadapkan banyak tantangan berat, termasuk persoalan kepemimpinan nasional dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang selama ini dianggap kurang baik.
Pemilihan presiden negara itu membuat keputusan individu kembali pada pola ‘merah versus biru’, yang mau tak mau berdampak pada aset strategis nasional terkuat dalam perjuangan melawan pandemi yakni vaksin Covid-19 yang aman dan efektif.
Kecuali jika pemerintah mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksin, Amerika Serikat akan sulit mencapai perlindungan yang berasal dari herd immunity. Apa yang dibutuhkan adalah rencana nasional untuk membangun kepercayaan yang dipimpin oleh sains dan ahli serta berakar kuat pada komunitas dan akar rumput.
Dilansir dari Stat News, Senin (9/11/2020) peneliti David Bluestone, John Garrett, dan David Beier dalam catatan opininya mengatakan bahwa rencana pembangunan kepercayaan nasional tidak boleh monolitik, tapi harus disesuaikan dengan segmen masyarakat yang berbeda.
Untuk lebih memahami sikap orang Amerika terhadap vaksin Covid-19, ClearPath Strategies – perusahaan riset yang fokus pada kesehatan publik, yang didirikan Blustone dan Garrett – belum lama ini melakukan jajak pendapat nasional yang mewakili 1.015 orang dewasa di Amerika Serikat.
Alih-alih menunjukkan pembagian terkait ‘merah bersus biru’, hasilnya menunjukkan bahwa tanggapan kolektif Amerika terhadap pandemi memiliki distribusi kurva lonceng. Satu sisi, 16 persen orang tidak akan melakukan apapun dan hanya ingin Covid-19 berjalan dengan sendirinya.
Sementara itu, sekitar 19 persen di antaranya percaya bahwa negara bagian harus menerapkan tindakan agresif. Adapun sebagian besar yang lain yakni 65 persen berada di tengah, menganjurkan beberapa kombinasi intervensi yang ditargetkan, perubahan perilaku pribadi, dan perlindungan tempat.
Jajak pendapat menunjukkan 67 persen orang Amerika percaya bahwa kembali ke normal membutuhkan vaksin yang aman dan efektif. Namun, kepercayaan publik terhadap vaksin Covid-19 sangat rendah.
Hanya 38 responden yang mengatakan bersedia menerima vaksin dalam 3 bulan pertama setelah suntikan tersedia. Sementara 33 persen mengatakan akan bersedia menggunakan vaksin setelah 3 bulan dan 29 persen mengatakan mereka akan menunggu setidaknya 1 tahun.
“Hasil ini tercermin dalam survei nasional lainnya seperti yang dilakukan oleh Pew Research Center dan Gallup, yang menunjukkan tren yang meresahkan terkait kepercayaan yang rendah terhadap vaksin Covid-19,” catat mereka.
Jadi, kebanyakan warga Amerika yang masih dalam mode menunggu dan melihat persoalan vaksin Covid-19. Mereka kurang percaya dalam kecepatan pengembangan vaksin dan ketekunan uji klinis yang dilakukan.
Bagi beberapa orang, risiko pandemi tidak cukup untuk menjamin pengambilan apa yang mereka anggap sebagai vaksin yang terburu-buru. Adapun yang lainnya percaya vaksin dan ilmuwan yang memproduksinya, tetapi mempertanyakan kecepatan pengembangan terkait motivasi politik dibaliknya.
Untungnya, warga yang menunggu dan melihat ini bisa dibujuk. Keyakinan mereka terhadap vaksin dan prosesnya dapat ditingkatkan. Mereka menerima pesan yang menawarkan rincian tentang ketelitian proses uji klinis dan bagaimana vaksin membantu melindungi semua orang.
Akan tetapi waktu yang dibutuhkan untuk ini tidak banyak. Menjelang pelantikan presiden, mayoritas orang yang menunggu dan melihat tidak lagi hanya berdiam diri. Di antara pemilihan dan pelantikan, politik akan tetap ada dan retorika antara presiden yang akan datang terkait vaksin bisa dipertajam.
Bluestone, Garrett, dan Beier menyebut Amerika Serikat membutuhkan proyek kepercayaan vaksin nasional. Jika vaksin menjadi pilihan utama untuk mengembalikan masyarakat yang normal, proyek tersebut akan berfungsi sebagai peta jalan.
Pada akhir bulan lalu, Center for Diseases Control and Prevention (CDC) mempresentasikan sebuah proyek tentang kepercayaan vaksin. Akan tetapi hal tersebut dianggap belum cukup. Proyek itu harus dibuat dan dipimpin oleh ahli kesehatan masyarakat.
Selain itu, peserta harus berasal dari tingkat lokal, negara bagian, federal, dan internasional. Proyek kepercayaan vaksin non politik sehingga memiliki harapan untuk membujuk kelompok yang masih bimbang soal vaksin itu sendiri.
Upaya ini juga membutuhkan komponen sektor swasta yang signifikan. Mereka harus fokus pada keamanan dan kemanjuran proyek vaksin serta pada keadilan dan kesetaraan distribusinya setelah siap digunakan.
Proyek kepercayaan vaksin harus didasarkan pada prinsip komunikasi kesehatan masyarakat yang baik meliputi pengambilan keputusan berbasis bukti ilmu pengetahuan, jujur tentang apa yang diketahui dan tidak, lindungi orang dari bahaya, dan menjamin akses penuh serta keadilan terhadap vaksin.
Ketiga penulis catatan ini menyebut audiens dari proyek ini berasal dari berbagai segmen yang kurang percaya pada vaksin Covid-19, tetapi masuk terbuka dengan kemungkinan itu. Tujuannya untuk menjaga keterbukaan dan mengurangi waktu sebelum mereka bersedia divaksinasi.
Untuk melakukan hal tersebut, diperlukan penanganan sumber keraguan terbesar yang dikutip dalam jajak pendapat ClearPath, yang semuanya saling terkait yakni kecepatan proses uji klinis, potensi efek samping, dan politisasi proses.
“Riset opini publik memberikan panduan yang jelas untuk mengatasi masalah ini, seperti mendidik orang tentang uji coba yang ketat dan transparan yang mengutamakan sains, melibatkan puluhan ribu relawan dan mendapatkan manfaat dari kolaborasi seluruh industri di seluruh perusahaan farmasi,” kata mereka.
Upaya ini harus sangat memberi pesan kepada kelompok-kelompok kunci yang skeptis untuk meredakan kekhawatiran dan membujuk mereka untuk divaksinasi. Tiga kelompok yang diidentifikasi oleh survei tersebut adalah orang Amerika Hitam, individu yang belum pernah kuliah, dan dewasa muda di bawah usia 30.
Populasi ini merespons dengan sangat berbeda terhadap pemberi pengaruh utama. Misalnya, orang kulit hitam Amerika lebih memercayai Anthony Fauci daripada tempat ibadah mereka atau lembaga pemerintah federal.
Untuk lulusan non-perguruan tinggi dan terutama untuk usia 18 hingga 29 tahun, pemberi pengaruh lokal serta institusi seperti FDA, CDC, dan Mayo Clinic semuanya lebih dipercaya daripada Fauci, yang justru menempati peringkat terakhir untuk kelompok di bawah 30 tahun.
Proyek kepercayaan vaksin akan membutuhkan program komunikasi multi channel yang menampilkan entitas dan individu dengan tingkat kepercayaan tertinggi menurut penelitian untuk masing-masing kelompok ini, dari akar rumput (dokter pribadi, apoteker, pemimpin gereja, dan sejenisnya) hingga iklan yang menampilkan nasional. tokoh dan lembaga (seperti Fauci, FDA, dan ahli medis).
Proyek semacam itu harus beroperasi dalam konteks di mana permintaan vaksin tidak akan berubah drastis, tetapi akan menjadi riam, dengan pasang surut. Karena semakin banyak orang yang divaksinasi terhadap Covid-19 dan pandemi menjadi kurang parah, dan konsistensi dalam komunikasi melahirkan kepercayaan.
Jalan menuju normal baru akan memiliki tikungan, jalan memutar, dan kemunduran. Uji coba vaksin akan sukses dan gagal. Pakar medis akan mempelajari dan memperbarui protokol. Dalam perjalanan ini, semua masih perlu menerapkan alat dan praktik terbaik yang dimiliki hingga saat ini, seperti menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan.
“Tidak ada kemunduran yang lebih besar bagi upaya negara untuk mengendalikan pandemi virus corona yang menghancurkan daripada penolakan luas orang Amerika untuk mengambil vaksin yang aman dan efektif,” catat Blustone, Garrett, dan Beier.