Ilustrasi/Fitnistics
Fashion

Gaya Hidup Minimalis Kian Tren Pada Masa Pandemi

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Selasa, 17 November 2020 - 13:32
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Mengubah gaya hidup menjadi lebih minimalis ternyata diyakini mampu membantu membuat seseorang lebih ringan dan bebas beban hati serta pikiran selama masa krisis.

Menjadi minimalis adalah salah satu visi yang digaungkan oleh komunitas Lyfe  With Less yakni Minimalist Community Indonesia untuk mengubah mindset gaya hidup lebih minimalis sedini mungkin, bukan sekadar mengikuti tren di tengah pandemi.

Upaya menjadi minimalis bukanlah perkara mudah. Menurut Founder Life With Less, Cynthia S. Lestari, dikutip dari Instagram Life With Less, Selasa (17/11/2020), di kalangan masyarakat seringkali beredar banyak mitos dan fakta yang tidak tepat tentang menjadi minimalis. Kondisi disinformasi dan mispersepsi ini kerap membuat masyarakat urung memulai gaya hidup yang populer dalam 10 tahun terakhir ini.

Misalnya saja sering muncul ungkapan, menjadi minimalis berarti tidak belanja. Atau, jika menjadi minimalis seseorang nyatanya akan membeli barang-barang yang jauh lebih mahal.

Ungkapan-ungkapan itu kerap kali beredar dari warganet melalui kolom komentar seusai menonton siaran tentang hidup minimalis, ataupun melihat jenis dan bentuk barang-barang yang dimiliki kaum minimalis.

Dia tak menampik, kebiasaan berpikir untuk lebih minimalis dan efisien kerap kali mendorong para kaum minimalis memilih membeli barang-barang multifungsi. Sayangnya, sejumlah barang multifungsi memang memiliki harga yang jauh lebih mahal. Kondisi ini diakui Cynthia yang seringkali membuat para penganut gaya hidup minimalis terlihat lebih mahal sisi pengeluarannya.

Padahal, barang multifungsi dengan kualitas berjangka panjang jika dikalkulasikan dalam rencana pengeluaran justru jauh lebih hemat, ketimbang membeli banyak barang dengan kualitas rendah dan jangka waktu penggunaan yang sangat pendek.

“Makanya menjadi minimalis itu adalah mindset, jadi memang umumnya menjadi minimalis itu orang lebih memilih mencari kualitas ketimbang hanya kuantitas,” kata Cynthia.

Mitos lain yang dia tepis adalah persepsi bahwa seorang dengan gaya hidup minimalis berarti siap dengan kekosongan dan melepaskan kemelekatan pada barang kesukaan atau barang koleksi.

Cynthia menyebut, perilaku menghindari belanja maupun decluttering alias mengosongkan isi lemari hanyalah satu bagian saja dari rangkaian upaya hidup minimalis. Artinya, seseorang yang ingin menjadi minimalist, tidak perlu mengosongkan isi lemari apalagi isi rumah.

Cynthia juga menampik bahwa seorang minimalis lupa akan kenikmatan hidup dengan bersenang-senang alias leisure. 

Menurut Cynthia, leisure merupakan kebutuhan dasar manusia. Oleh sebab itu, seseorang perlu melakukan manajemen keuangan yang baik saat dia hendak memuaskan kebutuhan leisure dengan kondisi keuangan yang krisis di tengah pandemi.

Sebagai contoh, leisure atau hobi yang sulit dihilangkan oleh Cynthia adalah belanja buku. Hobi membaca berpeluang membuat perempuan ini menimbun banyak buku di rumah. Sementara, menimbun barang bukanlah ciri gaya hidup minimalis. Untuk mengakalinya, Cynthia pun selalu menerapkan konsep decluttering atas buku-buku yang sudah dibaca.

“Jadi biasanya kalau sudah selesai baca bukunya, bisa diobral, diadopsi untuk orang lain yang butuh, jadi terus berputar dan tidak menimbun,” tuturnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro