Bedah plastik
Fashion

Pandemi Tak Buat Tren Bedah Plastik Kendor

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Selasa, 1 Desember 2020 - 18:56
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi bukan penghalang bagi setiap individu yang ingin meningkatkan kepercayaan diri dengan tampil menarik dan atraktif melalui operasi bedah plastik.

Tren bedah plastik pun masih menjadi primadona. Dilansir dari akun resmi Instagram Ultimo Clinic, Selasa (1/12/2020), salah satu klinik bedah kulit dan kencantikan saja masih cukup ramai dengan kedatangan pasien yang memanfaatkan fasilitas kesehatan dan kecantikan.

Ultimo Clinic pun masih mengoperasikan beragam paket layanan misalnya; filler payudara, laser picosure, dan exilis.

“Selama pandemi ini pasien masih datang, dari demografinya juga masih dominan perempuan, tetapi juga mulai banyak tren baru dalam lima tahun terakhir yaitu kelompok laki-laki dan remaja juga tingkat SMA,” ujar Ahli Bedah Craniofacial Ultimo Clinic Aesthetic & Dental Center dr. Enrina Diah, Sp.BP-RE kepada Bisnis.

Sebagai tenaga medis yang sudah lama berkiprah pada bidang kulit dan kecantikan, Enrina mengaku dalam 5 tahun terakhir perkembangan teknologi kesehatan pada bidang ini sudah melesat cepat.

Indonesia pun tak kalah cepat dalam mengadaptasi perubahan teknik dan terobosan teknologi. Kondisi ini sukses membuat beralihnya minat pasien yang sebelumnya gemar berobat ke luar negeri untuk bedah plastik akhirnya memilih memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam negeri.

Kondisi ini semakin cuan dalam enam bulan terakhir akibat pandemi. Enrina mengakui, pembatasan sosial termasuk larangan untuk bepergian ke luar negeri membuat semakin banyak pasien yang beralih ke klinik kulit dan kecantikan dalam negeri. Kondisi ini menjadi sebuah harapan bagi bisnis kesehatan estetika di tengah masa ketidakpastian akibat Covid-19.

Pada masa awal pandemi Covid-19, klinik estetika termasuk Ultimo Clinic memang harus tutup sekitar 3-4 bulan dan sempat mengalami kendala operasional.

Namun begitu pembatasan sosial ini dilonggarkan, dengan cepat semua klinik estetik langsung mengadopsi protokol kesehatan untuk kembali menerima pasien.

Sebut saja kini klinik estetik menyediakan ruang atau kontainer untuk screening. Klinik juga menyediakan lebih banyak produk disinfektan, sprey, termometer, dan hand sanitizer yang bisa diakses oleh pasien sebagai prasyarat dinyatakan sehat sebelum masuk ke klinik.

Enrina tak menampik, proses adaptasi protokol kesehatan tentu ikut menguras biaya operasional klinik. Meski demikian, Enrina mengaku proses adaptasi ini tidak terlalu berat membebani bisnis klinik, seiring dengan penambahan jumlah pasien yang beralih ke layanan dalam negeri dan tidak lagi keluar negeri.

“Sebelumnya mungkin banyak pasien yang masih orientasi asing namun karena pandemi baru tersadarkan fasilitas medis bedah estetika kita juga sudah sangat berkembang. Apalagi, gaya perawat di Indonesia, jauh lebih baik standar pelayanannya ketimbang perawat asing,” sambung Enrina.

Sebagai pendiri Ultimo Clinic, Enrina menyebut prospek bisnis bedah kecantikan masih akan tumbuh dengan baik di masa depab. Oleh sebab itu dibutuhkan dukungan dari pemerintah agar bisa mendorong industri kecantikan di Indonesia bisa menjadi pemain besar yang dihitung di kancah global.

Dia menilai salah satu yang bisa dijadikan contoh adalah cara pemerintah Korea Selatan mempopulerkan definisi cantik dan ganteng melalui drama Korea. Hal itu berimbas pula pada industri kesehatan dan kecantikan. Pemerintah Korsel memfasilitas para pelaku untuk menembus pasar global.

“Misalnya kalau teknologi bedah asal Korea Selatan, atau produk kecantikan Korsel pameran keliling negara, pemerintah adalah tuan rumah yang memfasilitasi. Dengan begitu beban operasional untuk menjangkau pasien dari beberapa negara bisa lebih ringan dan efektif,” tuturnya.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro