Bisnis.com, JAKARTA - Ketika masih ada orang yang tidak percaya dengan adanya covid-19 di dunia ini, ada jutaan orang yang tak berdaya dan berjuang sembuh karena terinfeksi virus ganas ini. Salah satunya adalah dr Ulul Albab, SpOG Spesialis kandungan dari Jakarta.
Beruntung, dia bisa sembuh setelah selama 22 hari bergulat melawan virus bermahkota ini. Meskipun, menurut pengakuannya, masih ada sisa-sisa gejala yang masih dirasakannya hingga sekarang, seperti batuk.
Dalam penuturan kisahnya yang diceritaka via webinar hari ini, Sabtu (05/12), dr Ulul mengatakan ketika pertama kali didiagnosa covid-19, gejala yang dirasakannya adalah batuk.
Dari batuk, gejala pun kian memburuk menjadi sesak napas. Bahkan, saturasi oksigennya sempat turun hingga 81 persen dan dia mengalami gangguan paru-paru ketika memeriksakan diri ke rumah sakit.
Tak pernah menyangka akan mengalami itu. Demikian diungkapkannya. Mungkin perasaan ini sama halnya dengan yang dirasakan pasien-pasien lainnya.
Apalagi, dia merasa sudah menerapkan protokol kesehatan yang ketat, dan memakai APD sesuai standar keamanan saat bertugas di rumah sakit melayani pasien-pasiennya. dr Ulul sendiri tercatat sebagai staf di 3 rumah sakit sekaligus di Jakarta.
Dia mengaku kesibukannya lah yang mungkin membuat imunitasnya menurun. Meski dia tidak mengetahui darimana dia bisa tertular.
dr Ulul juga mengungkapkan perburukan gejala yang dirasakannya sangat cepat. Bahkan, ketika dia masih bisa salat magrib dengan normal, berapa jam kemudian, dia merasakan sesak napas.
“Saat itu hidup dan mat i saya hanya seperti membalikkan telapak tangan, atau peluangnya hanya 50-50 persen,” kisahnya.
Saking buruk gejala yang dirasakannya, katanya, dia sesak napas parah walau hanya berjalan sejauh 5 meter saja. Bahkan, alat oksigen dengan tekanan yang tinggi pun tidak bisa membantunya bernapas. Karena itulah akhirnya tim dokter yang menanganinya memutuskan untuk melakukan intubasi.
Untuk diketahui, intubasi merupakan pemberian ventilator atau alat bantu napas yang digunakan untuk pasien dengan kondisi kritis, dalam hal ini pasien COVID-19. Alat ini biasanya digunakan pipa napas endotrakeal yang dimasukkan ke dalam saluran pernafasan melalui prosedur intubasi endotrakeal. Pasien akan “ditidurkan” atau dibius saat proses intubasi dan alat tersebut akan tetap berada di dalam saluran napas sampai pasien sembuh atau meninggal dunia.
Dr Ulul sendiri menjalani intubasi selama sepekan. Adapun, total lama perawatannya di rumah sakit yakni selama 22 hari.
Dia menjelaskan selama dirawat dia juga mendapatkan terapi plasma darah yang berasal dari penyintas covid-19 lainnya. Selain itu, dia juga mendapatkan pengobatan injeksi antivirus, vitamin, dan beragam jenis obat lainnya.
Usai ditidurkan selama sepekan, dia mengaku sempat merasa kebingunan dengan waktu. Karena selama tidur dia tidak sadar sama sekali.
Efek lainnya, katanya, dia juga tidak bisa tidur sama sekali, bahkan hingga selama 2 hari bisa tidak tidur. Kondisi itu dialaminya selama 7 harian usai dibangunkan dari intubasi.
“Gak ada rasa ngantuk sama sekali, padahal kepala sudah sakit, akhirnya saya dibantu obat-obatan agar bisa tidur dan juga dirujuk ke psikiater,” paparnya.
Sedangkan efek dari beberapa jenis terapi lainnya, katanya, dia juga sempat mengalami gangguang pencernaan, kepala sakit dan juga telinga berdenging.
Yang juga berpengaruh pada dirinya usai sakit Covid-19 ini adalah penurunan berat badan yang signifikan.
Dokter yang semula masuk dalam kategori obesitas itu, mengaku turun berat badan hingga 13 kilogram karena terinfeksi Covid-19.
Dia juga mengatakan efek covid-19 yang kemungkinan disebut long covid-19 masih dirasakannya sampai sekarang meski sudah 1,5 bulan melewatinya. Kadang dia masih merasakan batuk, sehingga masih mengonsumsi obat ketika batuk muncul. Apalagi, menurut beberapa literasi jika gangguan sisa perawatan covid-19 bisa bertahan hingga 2-3 bulan.
Setelah sembuh, dr Ulul mengakui jika dia mengubah 180 derajat pola hidupnya agar lebih sehat.
Misalnya saja, dia selalu olahraga setiap hari seperti jalan kaki, dan bersepeda atau olahraga fisik ringan.
Dia juga menjaga imunitas tubuhnya dengan beristirahat dengan cukup, dan mengonsumsi makanan yang sehat.