Penggunaan galon dalam air isi ulang, bisa menimbulkan risiko kesehatan karena bahaya BPA./istimewa
Health

Ini Cara Mengurangi Bahaya Zat BPA di Tubuh

Pandu Gumilar
Senin, 14 Desember 2020 - 18:29
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Masyarakat diharapkan mengurangi minuman air galon isi ulang untuk mengurangi resiko terpapar BPA (bisphenol A).

Pasalnya air minuman kemasan yang mengandung BPA berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, bahkan mengubah fungsi imunitas tubuh. Dokter spesialis anak, Daulika Husna mengatakan efek resiko BPA baru dirasakan setelah waktu yang lama.

"Bahaya BPA dapat dirasakan dalam waktu lama. Jadi bahaya BPA tidak serta merta berefek. Contohnya pada gangguan hormon pada anak atau balita yang sedang tumbuh. Gangguan lainnya dapat memicu kanker jika BPA dikonsumsi terus menerus," papar dr Daulika Husna pada Senin (14/12/2020) dalam keterangan resmi pada webinar dengan tema 'Mengenal BPA dari Rumah'.

Adapun BPA kerap dikonsumsi masyarakat melalui air galon isi ulang. Terutama saat pengisian air ke dalam galon isi ulang di pabrik atau depo pengisian. Oleh karena itu dapat jurnal kesehataan dan kebijakan Negara maju di dunia telah melarang dengan tegas penggunaan BPA dalam kemasan makanan dan minuman.

Para panelis sepakat bahwa untuk mengurangi resiko BPA adalah dengan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang termigrasi molekul BPA.

"Sebagai orang tua apakah kita sudah berkomitmen memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi anak-anak kita," ujar Nucha Bachri, Co-Founder Parentalk.id.

Menurutnya yang harus orangtua lakukan di rumah adalah berani menyingkirkan wadah makanan atau minuman yang mengandung BPA. Jangan membeli karena tertarik pada bentuk kemasannya melainkan mengutamakan faktor kesehatannya. Diperlukan sikap yang bijaksana untuk meneliti lebih dulu kode kemasan dan bahan kemasan makanan dan minuman yang kita sajikan.

Dokter spesialis kandungan Darrel Fernando mengatakan masyarakat harus teliti melihat kode plastik pada setiap produk yang digunakan.

“Misalnya kode plastik no 7 yang perlu kita perhatikan dalam kemasan makanan kita karena kode plastik no 7 biasanya mengandung BPA. Meskipun bukan di level yang berbahaya tapi kalau bisa diihindari agar tidak terjadi akumulasi jangka panjang," ujar Dr Darrell.

Sementara itu, pakar teknologi pangan Azis Boing menambahkan molekul BPA kerap terpolimerisasi menjadi plastik karbonat. Pada proses polimerisasi yang tidak berjalan sempurna menimbulkan molekul-molekul BPA bebas. Molekul BPA bebas ini kemudian bermigrasi dari kemasan atau utilitas ke makanan atau minuman yang terkonsumsi. Masuknya BPA ke dalam tubuh melalui dua cara yaitu dietary exposure dan non dietary exposure.

"Masalah BPA adalah migrasi. Migrasi adalah berpindahnya zat kimia BPA yang ada pada kemasan makanan ke dalam produk pangan. Kita akan terpapar jika kita mengkonsumsi produk pangan yang terkontaminasi BPA. Hindari risiko dengan mengurangi paparan," tutur Azis.

Penulis : Pandu Gumilar
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro