Bisnis.com, JAKARTA -- Bagi sebagian orang, mencari peluang di tengah tekanan pandemi mungkin sulit atau bahkan mustahil untuk dilakukan.
Bagaimana caranya di masa pandemi dengan kondisi serba susah, banyak orang kehilangan pekerjaan, kita justru mencari penghasilan tambahan?
Mencari penghasilan tambahan dapat menjadi cara cerdas untuk menyehatkan keuangan di masa pandemi ini. Dengan tambahan pemasukan bulanan maka kita bisa mendapat surplus arus kas bersih yang bisa digunakan untuk menabung maupun investasi.
Dilansir melalui Lifepal, nilai arus kas bersih didapat dari hasil selisih total pemasukan bulanan dan pengeluaran. Jumlah arus kas bersih ideal yang semestinya dimiliki setiap orang adalah setara dengan 10% dari total pemasukan per bulan, lebih besar tentu lebih baik.
Pada awal Januari 2021, Lifepal menggelar program konsultasi keuangan dengan Certified Financial Planner (CFP®). Dari 500 orang partisipan dalam sesi tersebut, 91,38% peserta mengaku memiliki nilai arus kas bersih yang ideal.
Apabila arus kas bersih minus (defisit), hal itu menandakan seseorang memiliki pengeluaran yang lebih besar dari pemasukannya.
Alhasil, seorang yang bersangkutan harus mengambil dana dari total aset lancar (tabungan, kas, dan setara kas) untuk memenuhi kebutuhannya atau berutang jika memang tidak lagi memiliki cadangan dana.
Terdapat dua cara untuk memitigasi masalah defisit arus kas yaitu mengurangi pengeluaran dan mencari sumber pemasukan lain.
Bicara soal menambah pemasukan di masa pandemi, financial educator dan periset Lifepal Aulia Akbar berbagi empat cara yang bisa Anda terapkan beserta risikonya.
1. Kerja sampingan
Kerja sampingan merupakan salah satu cara efektif untuk menambah pemasukan bulanan. Akan tetapi sumber penghasilan yang didapat dari kerja sampingan adalah penghasilan aktif atau yang akan memakan waktu, pikiran, dan juga tenaga.
Beberapa orang mungkin terpaksa mencari sumber pendapatan dari menjadi driver online atau kurir pengantar barang, sementara itu yang lain memilih untuk bekerja paruh waktu dengan memanfaatkan situs perantara pekerja freelance dan klien.
Adapun risiko dari kerja sampingan antara lain adalah risiko yang berkaitan dengan fisik serta mental, mulai dari kelelahan, kecemasan, dan stres.
Namun tak menutup kemungkinan pula seorang mengalami risiko likuiditas terutama bagi mereka yang melakukan kerja sampingan di bidang jasa.
Beberapa hal yang harus Anda lakukan jika Anda memilih langkah ini adalah menjaga fisik Anda dengan rajin berolahraga, konsumsi makanan sehat, dan memiliki catatan keuangan untuk setiap tagihan yang Anda bebani ke klien.
2. Usaha sampingan
Pada akhirnya tidak sedikit pula yang memilih untuk mengembangkan usaha sampingan menjadi sumber penghasilan utama, terutama saat usaha ini menghasilkan uang yang jauh lebih besar dibanding pekerjaan di kantor.
Selain waktu, pikiran, dan tenaga, usaha sampingan tentu membutuhkan modal. Sekalipun usaha tersebut hanya berbasis jasa (tidak menjual barang), Anda pun akan membutuhkan modal untuk transportasi atau kuota internet untuk biaya operasional.
Perlu diingat bahwa keputusan memulai bisnis sendiri datang dengan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan modal. Ketika anggaran tidak cukup, banyak orang akhirnya menggunakan tabungan pribadi sebagai modal.
Jika keuangan bisnis tidak dicatat dan modal dari simpanan pribadi dikeluarkan terus menerus, Anda tentu akan menghadapi risiko likuiditas.
3. Investasi di instrumen pendapatan tetap
Instrumen investasi pendapatan tetap seperti deposito atau surat utang negara maupun swasta akan memberikan imbal hasil tetap setiap bulannya. Penghasilan dari investasi pun tergolong sebagai penghasilan pasif, yang artinya bisa didapat tanpa mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga.
Namun patut diketahui dengan baik bahwa besar kecilnya imbal hasil investasi ini sangat ditentukan dengan modal investasinya. Selain itu, investasi ini juga hanya bisa dilakukan dengan cara lumpsum atau sekali bayar.
Bila Anda memang berniat menggunakan instrumen ini untuk menambah pemasukan, pastikan uang yang digunakan adalah uang dingin dan selalu ingat, Anda harus tetap memiliki aset lancar (tabungan, kas, dan setara kas) setara 15-20% dari kekayaan bersih.
Pastikan, jumlah imbal hasil yang sudah diterima setelah dipotong pajak final bisa digunakan untuk membayar beberapa kebutuhan biaya hidup per bulan seperti tagihan internet, air, listrik, atau yang lainnya.
4. Trading saham
Trading saham tidak sama dengan investasi saham. Trader akan melihat sebuah saham layaknya komoditas yang harganya naik turun dan memanfaatkan momen itu untuk melakukan transaksi jangka pendek.
Keuntungan trading saham jangka pendek tentu bisa membantu menyehatkan arus kas bersih kita, namun di sisi lain risikonya pun tinggi. Karena, volatilitas harga saham dalam jangka pendek cukup tinggi dan tidak akan bisa ditebak.
Bukan hanya modal yang harus Anda siapkan untuk bisa menjadi trader, melainkan juga mental dan pengalaman. Seorang yang belum mengenal saham dengan baik tentu tidak disarankan melakukan ini.
Bagi Anda yang ingin melakukan hal ini, kuasailah ilmu analisis teknikal dengan baik. Tentukan pula target profit dan stop loss serta siapkan waktu untuk memantau monitor selama jam perdagangan berlangsung.