Bisnis.com, JAKARTA – Penyakit glaukoma dikenal sebagai pencuri pengelihatan karena banyak penderitanya yang tidak menyadari memiliki risiko tinggi. Penderita glaukoma membutuhkan penanganan berkesinambungan secara disiplin.
Bila tidak ditangani, glaukoma berpotensi menyempitkan lapang pandang mata sehingga penderitanya hanya bisa melihat objek seperti dari lubang kecil. Bahkan, penderita bisa mengalami buta total tanpa bisa disembuhkan.
Dokter Subspesialis Glaukoma Jakarta Eye Center (JEC) Iwan Soebijantoro mengatakan sayangnya situasi di Indonesia terkait glaukoma masih memprihatinkan, lantaran penderita seringkali baru mencari pengobatan ketika sudah pada stadium lanjut.
“Karenanya, penatalaksanaan glaukoma sedini mungkin melalui pemeriksaan berkelanjutan dan pengawasan dokter ahli secara konstan sangatlah penting. Tujuannya agar progresivitas penyakit dapat dikontrol dan kerusakan saraf mata bisa diperlambat sehingga kebutaan bisa dicegah,” katanya.
Dia menjelaskan bahwa gejala dari glaukoma akut bisa menyebabkan penderitanya merasa nyeri hebat, pandangan yang kabur, pusing, mual, hingga muntah. Tanda-tandanya adalah mata merah mendadak, kornea bengkak, bilik mata dangkal, dan kematian iris sehingga pupil melebar.
Iwan mengatakan ada beberapa cara atau langkah yang perlu dilakukan untuk mendeteksi glaukoma yaitu pemeriksaan tekanan bola mata menggunakan alat yang disebut tonometer, pemeriksaan sudut bilik mata depan, pemeriksaan saraf optik, pemeriksaan luas pandang, dan ketebalan kornea mata.
Baca Juga Waspadai, Glaukoma Penyebab Kebutaan |
---|
Sementara itu, untuk penatalaksanaan glaukoma ada tiga upaya yang biasanya dilakukan yakni terapi obat dengan cara topikal, oral atau injeksi; laser glaukoma yang bisa digunakan untuk glaukoma sudut dan tertutup; dan operasi glaukoma.
“Di JEC, pasien bisa melakukan pengecekan komplet. Mereka yang memerlukan tindakan lebih lanjut juga bisa mendapatkan alternatif layanan operasi. Selain itu, untuk terapinya JEC juga menyediakan obat-obatan khusus,” katanya.