Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa konsumsi obat aspirin berdosis rendah dapat membantu mengurangi risiko pembekuan darah pada paru-paru. Bahkan, penelitian yang telah dipublikasikan di jurnal Anaesthesia & Analgesia tersebut juga menunjukkan penggunaannya bisa membantu pengobatan virus corona.
Melansir dari CNN, Jumat (19/03), peneliti dari Universitas George Washington mengungkapkan dalam studinya bahwa obat tersebut dapat mencegah pasien terhindari dari risiko yang lebih parah dan mengurangi risiko kematian dengan mencegah pembekuan darah dalam jumlah kecil. Obat ini kemudian diteliti juga bisa membantu penyembuhan virus corona.
Tidak hanya itu, aspirin juga merupakan obat yang mudah ditemukan di apotek dan memiliki harga yang murah dibandingan dengan obat lain yang umum digunakan sebagai obat penyembuhan virus corona lain seperti remdesivir yang memiliki nominal yang mahal untuk sekali pengobatan.
Manfaat aspirin yang membantu mencegah pembekuan darah menjadi salah satu alasan beberapa orang yang memiliki serangan jantung sering disarankan untuk mengonsumsi aspirin kecil setiap harinya.
“Alasan kami mulai meneliti aspirin dan Covid adalah karena pada musim semi kami menyadari semua pasien mulai mengalami banyak komplikasi trombotik atau banyak terjadi pembekuan darah dalam tubuh mereka,” ujar Dr. Jonathan Chow, asisten profesor anestesiologi dan pengobatan perawan kritis Sekolah Kedokteran dan Ilmu Kesehatan George Washington.
Ia menambahkan dengan adanya fenomena tersebut, pihaknya terpikir untuk menggunakan obat antiplatelet atau obat yang dapat mengurangi kekentalan darah, seperti aspirin, yang mungkin membantu dalam [penyembuhan] virus corona.
Penelitian tersebut dijalankan dengan melihat rekam medis 412 pasien di beberapa rumah sakit pada bulan Maret dan Juli 2020. Hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 24 persen pasien menerima pengobatan aspirin dalam jangka 24 jam sejak atau tujuh hari sebelum masuk rumah sakit. Akan tetapi, terungkap ada 76 persen pasien tidak menerima pengobatan tersebut.
Aspirin sendiri memiliki dampak 44 persen pengurangan terhadap ventilasi mekanis, 43 persen pengurangan pada pengobatan yang membutuhkan perawatan unit perawatan intensif (ICU), dan 47 persen pengurangan kematian di dalam rumah sakit.
Studi lain yang serupa juga menemukan hal yang hampir sama, di mana studi dalam jurnal PLOS One yang mengamati lebih dari 30.000 tentara veteran Amerika Serikat yang mengidap virus corona menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi aspirin mengurangi risiko kematian hingga dibanding dengan mereka yang tidak mengonsumsinya.
Terkait dengan studi timnya, Chow mengungkapkan bahwa penelitian tersebut masih terbatas pada observasi rekam medis dan bukan melakukan uji coba dengan meminta pasien mengonsumsi aspirin atau obat placebo.
Ia juga merujuk pada hasil penelitian Percobaan Pemulihan di Inggris yang menyelidiki keterkaitan antara aspirin dan virus corona dalam sebuah uji coba kontrol secara acak dengan kualitas baik. Hal ini dilakukan sebagai penentu utama apakah aspirin bisa meningkatkan hasil pengobatan secara definitive dibandingan dengan pasien yang tidak mengonsumsi obat tersebut.