Bisnis.com, JAKARTA- Kolesterol tinggi selama ini dikenal sebagai penyebab aterosklerosis atau penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri yang meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Akan tetapi, para ilmuwan di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di St. Louis baru-baru ini mengidentifikasi gen yang kemungkinan memainkan peran kausal dalam penyakit arteri koroner terlepas dari kadar kolesterol.
Gen tersebut juga kemungkinan memiliki peran dalam penyakit kardiovaskular lainnya, termasuk tekanan darah tinggi dan diabetes.
Studi yang terbit di jurnal Science Translational Medicine pada 24 Maret 2021 itu mempelajari tikus dan data genetik manusia. Para peneliti menemukan bahwa gen yang disebut SVEP1 membuat protein yang mendorong perkembangan plak di arteri.
Pada tikus, hewan yang kehilangan satu salinan SVEP1 memiliki lebih sedikit plak di arteri daripada tikus dengan kedua salinan tersebut. Para peneliti juga secara selektif mengurangi protein di dinding arteri tikus, dan ini semakin mengurangi risiko aterosklerosis.
Mengevaluasi data genetik manusia, para peneliti kemudian menemukan bahwa variasi genetik yang mempengaruhi kadar protein dalam tubuh berkorelasi dengan risiko pembentukan plak di arteri. Kadar protein tinggi yang ditentukan secara genetik berarti risiko pengembangan plak yang lebih tinggi dan sebaliknya.
Mereka juga menemukan tingkat protein yang lebih tinggi berkorelasi dengan risiko diabetes yang lebih tinggi dan pembacaan tekanan darah yang lebih tinggi.
Ahli jantung yang juga profesor kedokteran dan genetika Nathan O. Stitziel menyebut ini bukan gen nonlipid pertama yang diidentifikasi telah terlibat dalam penyakit kardiovaskular. Tetapi aspek yang menarik dari penemuan, ini cocok untuk mengembangkan terapi di masa depan.
Staf Ilmuan In-Hyuk Jung dan mahasiswa doktoral di lab Stitziel Jared S. Elenbaas menunjukkan bahwa protein ini adalah molekul struktural yang kompleks dan diproduksi oleh otot polos vaskular, yaitu sel di dinding pembuluh darah yang berkontraksi dan mengendurkan pembuluh darah.
Protein terbukti mendorong peradangan pada plak di dinding arteri dan membuat plak menjadi kurang stabil. Plak yang tidak stabil sangat berbahaya karena dapat terlepas, menyebabkan pembentukan gumpalan darah, yang dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke.
"Pada model hewan, kami menemukan bahwa protein menyebabkan aterosklerosis dan meningkatkan plak yang tidak stabil," kata Jung seperti dilansir dari Medical Xpress, Kamis (25/3/2021).
Pihaknya juga melihat bahwa hal itu meningkatkan jumlah sel imun inflamasi di dalam plak dan menurunkan kolagen, yang berfungsi menstabilkan plak.
Sementara itu, menurut Stitziel gen lain yang sebelumnya diidentifikasi meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular terlepas dari kolesterol tampaknya memiliki peran luas dalam tubuh dan mungkin memiliki efek samping yang tidak diinginkan jika diblokir dalam upaya mencegah penyakit kardiovaskular.