Bisnis.com, JAKARTA - Kadin Indonesia memperkirakan program vaksinasi massal akan menjadi pendorong perekonomian nasional pada tahun 2021 menjadi tumbuh positif.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Pengusaha Nasional, Arsjad Rasjid mengatakan selain indikator ekonomi, penambahan kasus positif harian COVID-19 yang terus menurun dan vaksinasi COVID-19 semakin masif di berbagai daerah juga menjadi faktor bahwa dunia usaha akan semakin membaik.
Hingga 8 April 2021, berdasarkan data Covid-19.go.id, jumlah penerimanya meningkat melebihi 9 juta orang atau angka tepatnya 9.309.809 orang. Peningkatan ini dengan adanya tambahan penerima vaksin harian sebanyak 1.222.052 orang. Sedangkan yang menerima vaksinasi kedua jumlahnya meningkat menjadi 4.665.191 orang. Untuk target sasaran vaksinasi berjumlah 40.349.049 orang.
Adapun target vaksinasi nasional untuk mencapai herd immunity adalah sebanyak 180 juta orang. Sementara itu, sasaran vaksinasi untuk tenaga kesehatan mencapai 40,39 juta orang.
Selanjutnya, melihat jumlah kasus aktif atau pasien yang masih membutuhkan perawatan, per hari ini berkurang sebanyak 2.299 kasus dan jumlah totalnya menurun menjadi 111.271 kasus dengan persentasenya di angka 7,2%. Meski demikian pasien terkonfirmasi positif melalui metode pemeriksaan RT-PCR/TCM dan rapid antigen, hari ini bertambah sebanyak 5.504 kasus. Dengan jumlah kumulatifnya, atau pasien terkonfirmasi positif yang tercatat sejak kasus pertama hingga hari ini, mencapai 1.552.880 kasus.
Perkembangan pasien sembuh per 8 April 2021, jumlahnya sudah melebihi angka 1,3 juta orang atau angka tepatnya bertambah menjadi 1.399.382 orang dengan persentasenya di angka 90,1%. Angka kesembuhan kumulatif ini meningkat dengan adanya penambahan pasien sembuh harian sebanyak 7.640 orang.
Terdapat lima provinsi menambahkan pasien sembuh harian tertinggi. Diantaranya Jawa Tengah menambahkan 2.718 orang dan kumulatifnya 135.652 orang, Jawa Barat menambahkan 1.182 orang dan kumulatifnya 227.649 orang, DKI Jakarta menambahkan 567 orang dan kumulatifnya yang tertinggi mencapai 376.195 orang, Sulawesi Selatan menambahkan 562 orang dan kumulatifnya 59.145 orang serta Kalimantan Selatan menambahkan 497 orang dan kumulatifnya 25.962 orang.
Selain sisi kesehatan, menurut Arsjad, dari sisi ekonomi, peningkatan sejumlah indikator ekonomi seperti indeks manufaktur, indeks penjualan ritel, konsumsi semen, konsumsi listrik, serta impor bahan baku dan barang modal juga menjadi indikatornya.
“Perbaikan indikator ekonomi menumbuhkan optimisme bahwa pemulihan ekonomi nasional sedang berlangsung. Kebijakan yang digulirkan pemerintah sudah tepat dan pengusaha juga konsisten mendukung pemerintah untuk memulihkan ekonomi,” katanya dikutip dari Antara.
Sejumlah kebijakan pemerintah seperti insentif relaksasi PPnBM untuk Kendaraan Bermotor (KB), serta PPN Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk Rumah Tapak dan Rumah Susun di sektor properti pun dinilainya bisa mendorong gerak perekonomian.
"Kolaborasi sinergi antara pemerintah dan dunia usaha terus terjalin baik. Saat ini, di Indonesia terdapat sekitar 7.451 pabrik yang menghasilkan produk input untuk industri otomotif. Kita harus mempertahankan basis industri otomotif nasional untuk memajukan ekonomi nasional,” katanya.
Pemerintah secara konsisten mengimplementasi kebijakan ekonomi untuk memperkuat Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang tersebar di berbagai daerah. Alokasi anggaran Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pada tahun 2021 sebesar Rp699,43 triliun, di mana sebanyak Rp184,83 triliun dianggarkan untuk UMKM.
“Kadin mengapresiasi kebijakan pemerintah yang fokus pada pemulihan UMKM yang berperan strategis bagi perekonomian nasional. UMKM berkontribusi 61,1 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan menyerap 97 persen dari total angkatan kerja atau 116,9 juta orang,” kata Arsjad.