Bisnis.com, JAKARTA - Para ilmuwan di Fakultas Kedokteran Universitas São Paulo (FM-USP) di São Paulo, Brasil, menyebut vitamin D dengan dosis tinggi tidak dapat membantu mencegah komplikasi Covid-19 pada pasien yang dirawat di rumah sakit, baik dengan gejala sedang atau berat.
Peneliti Utama Rosa Pereira mengatakan uji coba in vitro dengan hewan sebelumnya menunjukkan bahwa dalam situasi tertentu, vitamin D dan metabolitnya dapat memiliki efek anti-inflamasi dan antimikroba, serta memodulasi respons imun.
Pihaknya lantas memutuskan untuk menyelidiki apakah pemberian vitamin D dengan dosis tinggi dapat memiliki efek perlindungan dalam konteks infeksi virus akut, mengurangi peradangan atau viral load.
"Berdasarkan hasil penelitian, sejauh ini kami dapat mengatakan tidak ada indikasi untuk memberikan vitamin D kepada pasien yang datang ke rumah sakit dengan Covid-19 parah," ujarnya seperti dilansir dari Medical News Today, Rabu (5/4/2021).
Dalam penelitian yang hasil sementaranya telah diterbitkan di jurnal medis JAMA ini, ilmuan melakukan uji klinis acak, tersamar ganda, dan plasebo secara terkontrol. Para peneliti mengatakan studi ini adalah yang pertama dari jenisnya.
Tim melacak pengalaman 240 relawan yang menerima perawatan untuk gejala Covid-19 di Rumah Sakit FM-USP das Clínicas dan rumah sakit lapangan Taman Ibirapuera di Kota São Paulo, dari Juni hingga Agustus 2020. Semua peserta dinyatakan positif SARS-CoV-2 menggunakan uji reaksi berantai polimerase atau melalui uji antibodi.
Semuanya menerima pengobatan dengan protokol Covid-19 standar yang mencakup obat antibiotik dan anti-inflamasi. Para peneliti kemudian membaginya menjadi dua kelompok yang sama secara acak.
Para ilmuwan memberi peserta dalam kelompok pertama satu dosis 200.000 unit vitamin D3 yang dilarutkan dalam minyak kacang. Mereka memberi plasebo minyak kacang tanah yang tidak diubah pada kelompok kedua.
Desain penelitian adalah untuk menemukan apakah vitamin D dosis tinggi dikaitkan dengan durasi rawat inap yang lebih pendek. Namun hasil penelitian menyatakan tidak.
Investigasi juga tidak menemukan bukti bahwa vitamin D membuat seseorang cenderung tidak dirawat di unit perawatan intensif atau cenderung tidak membutuhkan intubasi.
Vitamin D juga tampaknya tidak berpengaruh pada kematian, meskipun Pereira memperingatkan bahwa diperlukan studi yang lebih besar dengan lebih banyak peserta sebelum peneliti ini dapat menarik kesimpulan akhir.