Bisnis.com, JAKARTA - Efektivitas vaksin covid-19 Sinovac buatan China kini menuai keraguan dari masyarakat menyusul banyaknya orang positif covid-19 meski sudah disuntik dengan vaksin tersebut.
Yang paling disorot adalah kasus positifnya 350 tenaga medis di Kudus Jawa Tengah.
Sebelumnya, pemerintah Singapura juga meragukan kemanjuran Sinovac China, dan hanya memasukkan vaksin Pfizer dan Moderna dalam program vaksinasi nasionalnya tetapi mengizinkan klinik kesehatan swasta untuk mengelola Sinovac.
Kenneth Mak, direktur layanan medis Singapura, mengatakan bahwa dia khawatir tentang laporan orang yang divaksinasi dengan Sinovac sakit karena penyakit coronavirus (Covid-19), demikian dikutip dari New York Times.
“Itu memberi kesan bahwa kemanjuran vaksin yang berbeda akan sangat bervariasi,” kata Mak seperti dikutip Times.
Jadi, apakah sebenarnya vaksin ini ampuh melawan varian covid-19 terbaru yakni varian delta yang disebut lebih cepat menular dan berisiko membuat penderitanya lebih tinggi masuk rumah sakit?
Juru Bicara COVID-19 dari Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan WHO memberikan cutt off poin lebih dari 50 persen untuk efikasi vaksin. Adapun, Sinovac efikasi mencapai 65 persen dan Astra Zeneca 62 persen, sehingga memberikan proteksi yang cukup, termasuk terhadap varian baru.
"Rekomendasi WHO pun masih diminta semua negara melakukan percepatan vaksinasi dengan vaksin yang ada," katanya kepada Bisnis.
Sementara itu, PhD Candidate in Medical Science at Kobe University dr Adam Prabata mengatakan sampai saat ini belum ada penelitian efektivitas atau kemampuan vaksin Sinovac terhadap varian Delta.
Karena itu, dia menyarankan agar semua orang bersabar menunggu hasilnya.
"Sebelum skeptis vaksin Sinovac tidak bermanfaat, atau sebelum judge vaksinnya yang enggak-enggak, mending tunggu dulu sampai ada hasil penelitiannya ya. Ingat, BELUM ADA hasil penelitiannya TIDAK SAMA dengan terbukti tidak bermanfaat!" tegasnya.
Sebelumnya, juru bicara Sinovac Liu Peicheng juga mengatakan bahwa studi tentang imunogenisitas dari varian strain sedang dilakukan. Ini menjawab pertanyaan apakah vaksin ini bisa melawan varian baru virus corona yang terus bermutasi, termasuk untuk varian Delta.
Liu mengatakan vaksin yang tidak aktif memiliki rute proses yang matang. Secara teori, mengubah regangan tidak mengharuskan rute ini diubah. Sinovac akan melakukan uji coba skala kecil untuk memastikan apakah rute proses yang ada dapat mencapai produksi vaksin yang efektif terhadap varian baru yang bermutasi.
Efektifitas vaksin Sinovac
Vaksin Sinovac mendapat persetujuan penggunaan darurat atau EUL dari WHO pada 1 Juni 2021.
EUL menilai kualitas, keamanan, dan kemanjuran vaksin COVID-19, serta rencana manajemen risiko dan kesesuaian program, seperti persyaratan rantai dingin.
"Penilaian dilakukan oleh kelompok evaluasi produk, yang terdiri dari ahli regulasi dari seluruh dunia dan Kelompok Penasihat Teknis (TAG), yang bertanggung jawab melakukan penilaian risiko-manfaat untuk rekomendasi independen tentang apakah vaksin dapat didaftarkan untuk penggunaan darurat. dan, jika demikian, dalam kondisi apa," tulis WHO dalam website resminya.
Efikasi dari vaksin ini, berbeda di beberapa negara.
Mengutip dari The Conversation, kemanjuran Sinovac dalam mencegah infeksi simtomatik adalah 51 persen di Brasil, 67 persen di Chili, 65 persen di Indonesia, dan 84 persen di Turki.
Perbedaan hasil mungkin disebabkan oleh perbedaan varian yang beredar di setiap negara pada saat itu dan perbedaan populasi yang termasuk dalam penelitian.
Data yang diterbitkan pada bulan April dari sebuah studi besar dunia nyata di Chili menunjukkan bahwa Sinovac 67 persen efektif dalam mencegah infeksi COVID-19 yang bergejala. Efektivitasnya terhadap rawat inap adalah 85 persen, masuk ICU 89 persen, dan kematian 80 persen.