Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia menaruh harapannya pada vaksinasi untuk mengendalikan pandemi yang tahun lalu membawa ekonomi ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua puluh tahun.
Hingga Minggu (20/6/2021), Indonesia telah menerima lebih dari 104 juta vaksin Covid-19, sebanyak 94,5 juta di antaranya dipasok oleh Sinovac China, dan sisanya oleh AstraZeneca dan Sinopharm.
Pemerintah mempunyai target untuk menginokulasi satu juta orang per hari pada bulan Juli untuk mengendalikan lonjakan kasus COVID-19. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu dilakukan penyuntikan sebanyak 181 juta orang, atau dua pertiga dari populasi yang berjumlah 270 juta, untuk mencapai kekebalan. Namun, hingga Senin (21/6/2021), hanya 12,3 juta orang yang telah divaksinasi lengkap.
Namun, muncul keraguan atas kemanjuran vaksin Sinovac terhadap varian baru, khususnya Delta setelah lebih dari 350 dokter Indonesia tertular virus tersebut meski telah diinokulasi penuh dengan vaksin buatan China tersebut.
Sejumlah dokter telah dirawat di rumah sakit dengan gejala demam tinggi dan penurunan tingkat saturasi oksigen. Tidak hanya petugas kesehatan, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, pada Sabtu (19/6/2021) mengumumkan telah dinyatakan positif terkena virus tersebut.
Dicky Budiman, ahli epidemiologi dari Griffith University Australia memberi pernyataan bahwa terdapat dua varian vaksin yang terbukti dapat melawan varian Delta.
“Selama ini hanya vaksin mRNA dan AstraZeneca yang terbukti efektif melawan varian Delta,” kata Dicky seperti dilansir dari scmp.com, Selasa (22/06)
“Di Indonesia, seseorang yang telah vaksin menggunakan Sinovac memiliki kemungkinan terinfeksi yang lebih tinggi daripada seseorang yang menerima salah satu vaksin lainnya,” tambahnya kemudian.
Namun pada Mei lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis laporan yang menyatakan bahwa vaksin Sinovac efektif 94 persen dalam mencegah gejala COVID-19 pada 120.000 tenaga kesehatan Indonesia yang telah divaksinasi lengkap.
“Saya mempertanyakan validitas data pemerintah, kita harus realistis. Faktanya tidak semua vaksin efektif dalam mencegah infeksi, meskipun itu tidak berarti bahwa (Sinovac) tidak memberikan perlindungan sama sekali.” Ujar Dicky.
Selain Indonesia, Thailand, Filipina dan Malaysia juga telah menggunakan Sinovac dalam program inokulasi nasional mereka. Departemen Kesehatan Filipina mengatakan pekan lalu sedang menunggu temuan panel ahli yang dibentuk untuk menganalisis vaksin.
Dicky dari Griffith University mengatakan, nasib tenaga kesehatan Indonesia menjadi pelajaran bagi negara-negara Asia Tenggara untuk ‘merubah penanganan pandemi’ dengan memastikan pasokan alat pelindung diri yang memadai bagi petugas kesehatan, meningkatkan pengujian, penelusuran, dan pelacakan, serta mengurangi kekurangan gizi yang dapat mempengaruhi respon antibodi.
“Saya juga merekomendasikan penambahan booster bagi penerima vaksin Sinovac atau AstraZeneca, dengan salah satu vaksin mRNA yang telah terbukti efektif secara ilmiah terhadap varian Delta,” ujarnya.