Bisnis.com, JAKARTA – Nama suatu tempat mungkin memiliki signifikansi geografis atau administratif tetapi pada umumnya dimaksudkan untuk menjelaskan sejarah berdirinya tempat tersebut.
Beberapa kota ada juga yang diberi nama dengan mengadopsi nama seorang pemimpin. Sebut saja Washington DC, ibukota dari Amerika Serikat itu menggunakan nama presiden pertama George Washington pada 1971.
Juga ibu kota Liberia, Monrovia, yang terletak di benua Afrika ini berasal dari nama Presiden AS James Monroe, pendukung kuat pengiriman budak yang dibebaskan untuk kembali ke Afrika.
Perubahan politik atau sosial juga dapat menyebabkan perubahan nama suatu kota. Seperti yang terjadi dalam kasus Vietnam. Pada akhir perang Vietnam, ibu kota Saigon saat itu jatuh ke tangan Vietnam Utara dan setahun kemudian kota itu mendapatkan nama baru Ho Chi Minh, untuk menghormati pemimpin revolusioner Ho Chi Minh.
Selain beberapa kota tadi, ada 10 kota yang juga berganti nama. Berikut nama 10 kota tersebut, melansir Daily Amazing Things, Kamis (24/6/2021).
1. Leopoldville – Kinshasa (Republik Demokratik Kongo)
Republik Demokratik Kongo memiliki sejarah yang cukup panjang, jadi wajar apabila nama mereka masuk ke dalam daftar ini. Orang Belgia pada abad ke-19 mendirikan kota ini dan menamakannya Leopoldville untuk menghormati Raja Leopold. Setelah kemerdekaan Republik Demokraktik Kongo, namanya diubah menjadi Kinshasa.
2. Edo – Tokyo (Jepang)
Tokyo adalah ibu kota Negara Jepang dan merupakan salah satu kota paling populer di dunia. Kota Jepang disebut Edo sampai Kaisar Meji naik tahta pada tahun 1867 dan memindahkannya dari Kyoto. Tokyo secara harafiah berarti ‘ibu kota dari timur’.
3. Benteng Salisbury – Harare (Zimbabwe)
Ibu kota Zimbabwe saat itu didirikan sebagai benteng pada akhir abad ke-19 dan menggunakan nama Fort Salisbury, Perdana Menteri Inggris saat itu. Baru pada 1981 namanya diubah menjadi Harare, nama kepala suku Shon, Neharawa, sebuah nama yang terus bertahan hingga hari ini dan tidak mungkin berubah dalam waktu dekat meskipun ada gejolak politik yang telah dialami negara tersebut selama bertahun-tahun.
4. Peiping – Peking – Beijing (Cina)
Sebenarnya, Beijing tidak pernah betul-betul mengubah namanya – setidaknya dalam bahasa Cina. Kebetulan, metode yang berbeda telah digunakan untuk meromanisasi nama ibu kota Cina, sehingga membuat banyak orang berpikir bahwa ia memiliki lebih banyak nama. Metode romanisasi berturut-turut menghasilkan Peiping, Peking atau Beijing,sebagai upaya untuk mentransliterasi pengucapan Cina Beijing ke dalam abjad latin.
5. New Amsterdam – New York (Amerika Serikat)
Kota yang tidak pernah tidur ini, dulunya pernah dikuasai Belanda pada abad ke-17 dan menyebut pemukiman di ujung selatan Manhattan sebagai New Amsterdam. Akan tetapi, Inggris mendapatkan kembali kendali atas koloni itu pada 1664 dan menamai kota itu New York untuk menghormati Duke of York, Raja James II dari Inggris dan VII dari Skotlandia.
6. York – Toronto (Kanada)
Salah satu kota yang paling banyak dikunjungi ini dulunya oleh Inggris dinamai York pada tahun 1793 sebagai penghormatan kepada Pangeran Frederick, Duke of York dan Albany. Itu adalah ibukota Upper Kanada dan menjadi sasaran serangan Amerika selama perang 1812. Kemudian, pada tahun 1834, kota ini mendapatkan kembali nama aslinya, Toronto.
7. Kota Trujillo – Santo Domingo (Republik Dominika)
Diktator Dominika, Rafael Leonidas Trujillo member penghormatan kepada dirinya sendiri dan mengubah nama ibukota negara menjadi Ciudad Trujillo. Di tahun 1961, dictator jatuh dalam penyergapan yang disiapkan dengan bantuan CIA dan kendaraan yang dia tumpangi ditembak enam puluh kali. Ibukota pun segera kembali ke nama sebelum era Trujillo.
8. Konstantinopel – Istanbul (Turki)
Konstantinopel disebut demikian selama satu setengah millennium untuk menghormati Konstantinus Agung, kaisar yang menjadikan kota tersebut sebagai ibu kota Kekaisaran Romawi Timur. Ketika pada tahun 1928 bahasa Turki yang ditulis beralih dari bahasa Arab ke alphabet Latin, pemerintah Turki meminta seluruh dunia untuk berhenti menggunakan Konstantinopel dan menggunakan Istanbul dan secara bersamaan memerintahkan layanan pos untuk tidak mengirimkan surat atau parsel yang ditujukan kepada nama lama kota tersebut.
9. Batavia – Jakarta (Indonesia)
Ketika Belanda merebut kota Jayakarta pada awal abad ke-16, mereka membangun pos terdepan Dutch East India Company di atas reruntuhannya dan menamakannya Batavia, nama Romawi yang kita sebut dengan Belanda. Indonesia merupakan koloni Belanda sampai perang dunia kedua, ketika Jepang menduduki hampir seluruh Asia Tenggara. Jepang pun mengubah Batavia menjadi Djakarta. Setelah Indonesia merdeka, kota ini kembali merubah namanya menjadi Jakarta.
10. Kristina – Oslo (Norwegia)
Oslo, disebut demikian sampai tahun 1624 ketika kebakaran menghancurkan sebagian besar kota. Norwegia pada waktu itu adalah bagian dari Denmark dan Raja Denmark Christian IV memerintahkan rekonstruksi dan perubahan nama. Selanjutnya, Denmark menyerahkan wilayah Norwegia ke Swedia sampai tahun 1905 ketika negara itu merdeka. Pada 1924, kota itu diputuskan bahwa penamaan ibu kota setelah raja asing bukanlah ide yang baik, sehingga nama asli ibu kota tersebut dikembalikan.