Dekan Fakultas Kedokteran Universias Indonesia Ari Fahrial Syam/fk.ui.ac.id
Health

Pesan Penting Dekan FKUI Bagi Pasien Isoman, dari Obat hingga Gejala Covid-19

Hendri T. Asworo
Selasa, 13 Juli 2021 - 08:22
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Tidak sedikit pemahaman mengenai penanganan Covid-19 yang salah kaprah. Terutama bagi pasien yang melakukan isolasi mandiri (isoman). Padahal, soal mengenali gejala hingga pemberian obat-obatan pada pekan pertama adalah kunci kesembuhan pasien.  

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam memberikan tips lengkap mengenai apa yang harus dilakukan pasien Covid-19 apabila melakukan isoman. Berikut ini tulisan lengkapnya:

Sebagaimana kita ketahui bahwa kita sudah setahun lebih mengenal virus Sars-cov-2, penyebab Covid-19. Dalam beberapa bulan kemudian, struktur dari virus ini, atau istilah biologi molekuler yang digunakan genome lengkapnya sudah diketahui.

Hal ini memungkinkan vaksin dan obat-obatan yang kira-kira bisa digunakan terapi penyembuhan bisa didapat, walau obat-obatan yang ada memang belum spesifik ditemukan untuk menghilangkan virus ini dari tubuh. Begitupun vaksin yang benar-benar efektif juga belum didapatkan.

Virus tetaplah virus. Saat virus masuk kedalam tubuh, daya tahan tubuh akan melawan keberadaan virus tersebut yang kita sebut masa inkubasi sampai seorang yang sudah terpapar infeksi tersebut mengalami gejala.

Oleh karena itu, penting sekali mengobservasi diri kita sendiri untuk mengetahui perubahan yang dialami pada tubuh di masa pandemi ini. Oleh sebab itu, pekan pertama saat seseorang sudah bergejala merupakan kunci penting, 'apakah kita bisa sembuh atau sebaliknya kondisi kita semakin buruk'.

Makanya WHO bisa mengeluarkan rekomendasi untuk pasien yang terinfeksi virus dan tanpa gejala cukup melakukan isolasi mandiri selama 10 hari dan bisa dikatakan sembuh dan bisa lepas isolasi.

Apabila dalam 10 hari masih tetap tanpa gejala, sebenarnya daya tahan tubuh kita bisa menghancurkan virus tersebut. Makanya untuk pasien tanpa gejala tidak perlu minum antivirus, cukup dengan vitamin-vitamin.

Begitu pun untuk pasien dengan gejala ringan, diusahakan agar tetap dipertahankan tidak memburuk, khususnya pada pekan pertama tersebut. Masa isolasinya 10 hari ditambah tiga hari tanpa gejala, karena dianggap bahwa pasien tersebut sudah berhasil mengatasi infeksinya.

Kuncinya adalah istirahat, banyak tidur, tidak stress tetap makan dan minum yang cukup. Ketika badan sudah tidak nyaman segera istirahat jangan dipaksakan untuk tetap bekerja atau beraktifitas.

Pasalnya, pada minggu pertama, kita harus memberikan kesempatan daya tubuh untuk bisa melawan virus tersebut. Pada pasien dengan gejala ringan dan sedang yang tengah isoman, antivirus seperti Favipirafir dan obat Azitromisin sudah bisa diberikan.

Favipiravir sebagai obat anti virus untuk mengurangi jumlah virus dan sedang Azitromisin sebagai anti radang dan imunomodulator untuk melawan virus tersebut.

Observasi saya atas kasus yang memburuk salah satunya adalah mengonsumsi Dexamethasone, baik generik maupun merek dagang. Beberapa waktu ada edaran yang memberikan daftar obat untuk pasien isoman salah satunya untuk mengosumsi Dexamethasone, saya juga menemukan resep dari platform telemedicine yang juga memberikan Dexamethasone.

Ilmu kedokterkan berbasis bukti menyebut Dexamethasone tidak berguna untuk pasien tanpa gejala, begitupun untuk gejala ringan dan sedang. Saya pernah menyampaikan mengenai dampak buruk mengonsumsi Dexamethasone ini, saya sebut obat ini sebagai pisau bermata dua.

Untuk yang tanpa gejala, gejala ringan dan sedang, khususnya di awal terpapar Covid-19, yang dibutuhkan adalah peningkatan daya tahan tubuh. Dexamethasone membuat daya tahan tubuh kita menjadi lemah, sehingga membuat virus menjadi mudah meraja lela.

Bahkan untuk pasien dengan hipertensi, Dexamethasone bisa membuat gula darah menjadi tidak terkendali. Adapun untuk yang menderita hipertensi tekanan darah menjadi tidak terkontrol. Obat ini akan memperburuk pasien dengan kedua penyakit ini yang memang menjadi komorbid untuk pasien Covid-19.

Efek samping Dexamethasone juga menyebabkan pasien menjadi mudah cemas dan insomnia. Hal yang harus dihindari saat kita menderita Covid-19. Belum lagi Dexamethasone membuat kita menjadi mual dan perih di lambung, membuat kita hilang nafsu makan. Hal ini menjadi catatan untuk pemberian obat ini akan membuat kondisi bertambah buruk.

Berikut ini kategori gejala pada pasien Covid-19, dari tanpa gejala, ringan, sedang, hingga berat:

1. Tanpa gejala
Kondisi ini merupakan kondisi paling ringan. Pasien tidak ditemukan gejala.

2. Ringan
Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia. Gejala yang muncul seperti demam, batuk, lemas, anoreksia, napas pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau panas, sakit kepala, diare, mual dan muntah, penghidu (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan.

3. Sedang
Pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tetapi tidak ada tanda pneumonia berat termasuk SpO2 > 93%.

4. Berat/Pneumonia Berat
Pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 < 93%.

Mudah-mudahan info ini bermanfaat khususnya untuk pasien yang sedang isolasi mandiri.

Penulis : Hendri T. Asworo
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro