Bisnis.com, JAKARTA — Aditif makanan atau bahan tambahan makanan yang biasa digunakan dalam produk permen karet dan pasta gigi akan ditinjau oleh badan keamanan pangan Australia.
Titanium dioksida telah disetujui sebagai aditif makanan di Australia dan digunakan dalam produk konsumen di di luar negeri selama beberapa dekade.
Biasanya, kandungan tersebut untuk memutihkan gigi. Tapi sekarang Standar Makanan Australia Selandia Baru (FSANZ) menyerukan informasi keamanan titanium dioksida bila digunakan sebagai bahan tambahan makanan di Australia dan Selandia Baru.
Dilansir dari news.com, Rabu (14/7/2021) hal itu itu muncul setelah Otoritas Keamanan Makanan Eropa (EFSA) memperbarui sarannya tentang senyawa alami pada bulan Mei. Mereka menemukan efek karsinogenik tidak dapat dikesampingkan.
"Panel ahli EFSA tentang aditif makanan dan perasa baru-baru ini menyimpulkan bahwa bukti efek toksik umum tidak meyakinkan, titanium dioksida tidak lagi dapat dianggap aman sebagai aditif makanan," kata FSANZ dalam sebuah pernyataan bulan ini.
FSANZ, dalam konsultasi dengan kelompok penasihat ilmiah independen kini tengah meninjau penilaian EFSA. Mereka juga mencari bukti yang ada tentang keamanan titanium dioksida sebagai bahan tambahan makanan.
Tinjauan tersebut akan mempertimbangkan apakah diperlukan tindakan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan konsumen Australia dan Selandia Baru.
FSANZ mencari informasi dari pihak yang berkepentingan tentang ukuran partikel titanium dioksida yang digunakan dalam makanan, serta informasi tentang keamanannya sebagai bahan tambahan makanan.
Langkah itu untuk membantu menginformasikan penilaiannya.
Baca Juga Topps Gugat Desain Permen Perhiasan |
---|
Sebelumnya, beberapa tahun yang lalu FSANZ telah menugaskan seorang ahli toksikologi. Ahli tersebut meninjau literatur ilmiah yang tersedia tentang bukti risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsi oral titanium dioksida, termasuk dalam bentuk skala nano dalam makanan.
Ulasan penelitian itu yang diterbitkan pada 2016, menemukan bobot bukti tidak mendukung klaim risiko kesehatan yang signifikan.
Panel ahli EFSA mengumumkan keputusannya untuk menganggap aditif tidak aman setelah memperhitungkan semua studi dan data ilmiah yang tersedia.
Ketua panel aditif makanan dan perasa, Profesor Maged Younes mengatakan tidak dapat mengesampingkan kekhawatiran bahwa mengonsumsi partikel titanium dioksida dapat merusak sel, menyebabkan mutasi yang dapat memicu kanker.
"Setelah konsumsi oral, penyerapan partikel titanium dioksida rendah, namun mereka dapat menumpuk di dalam tubuh," kata Profesor Younes.
Dia juga mengatakan penilaian dilakukan mengikuti metodologi yang ketat dan mempertimbangkan ribuan studi yang telah tersedia sejak penilaian EFSA sebelumnya pada tahun 2016.