Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio membenarkan kemungkinan adanya varian baru Covid-19. Sebagaimana diketahui, sebelumnya WHO menyebut akan ada varian virus baru yang lebih berbahaya.
“Kemungkinan itu ya tetap ada, karena virus terus bermutasi,” katanya, mengutip Tempo, Jumat (23/7/2021).
Akan tetapi dia meminta masyarakat tidak perlu ambil pusing mengenai varian Covid-19 yang beredar. Hal paling penting adalah mematuhi protokol kesehatan.
“Jadi pesannya adalah di luar sana kita tidak perlu mempermasalahkan Covid-19 varian apa yang beredar, yang penting adalah upaya kita. Jadi kepatuhan kita terhadap protokol kesehatan itu,” kata Amin.
Peraih gelar Ph.D Immunogenetics dari Jepang itu juga mengingatkan, pada prinsipnya Covid-19 varian apapun, meski penyebarannya tidak secepat varian Delta, tetap saja menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Oleh karena itu, dia menambahkan, sebelum munculnya varian baru, virus sudah banyak sekali membuat orang sakit.
Dengan demikian antisipasinya masih sama apapun itu jenis varian virusnya, yakni dengan menerapkan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas) dan 3T (testing, tracing, dan treatmen).
“Jadi sifatnya universal ya, antisipasinya sama saja,” tutur Amin.
Adapun saat ini ada empat virus yang tercatat di WHO sebagai Variant of Concern, yakni Alpha yang pertama kali diidentifikasi di Inggris, Beta dari Afrika Selatan, Gamma varian Brasil, dan Delta berasal dari India. Varian-varian tersebut telah diketahui satu atau lebih dari karakter berikut, yakni menular lebih cepat, mengelak dari antibodi lebih gesit, dan menyebabkan gejala infeksi lebih parah dibandingkan yang disebabkan varian Covid-19 awal.
Sementara itu, Variant of Interest, yang berpotensi menambah daftar VoC, di antaranya ada Eta, Iota, Kappa , dan Lambda.
#ingatpesanibu #sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua