Bisnis.com, JAKARTA – Minggu lalu, pemerintah menargetkan herd immunity tercapai di akhir Agustus akhir atau paling lambat pertengahan September 2021 untuk pulau Jawa, melalui rapat terbatas mengenai penanganan pandemi Covid-19.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), herd immunity (kekebalan kelompok) atau juga dikenal sebagai kekebalan populasi adalah perlindungan tidak langsung dari penyakit menular yang terjadi ketika suatu populasi kebal baik melalui vaksinasi atau kekebalan yang dikembangkan melalui infeksi sebelumnya.
WHO mendukung pencapaian herd immunity melalui vaksinasi. Tidak heran, banyak negara di dunia yang berlomba-lomba untuk mencapai herd immunity melalui vaksinasi Covid-19.
Data Kementerian Kesehatan per 21 Juli 2021 pukul 18.00 WIB mencatat sebanyak 42.868.023 orang telah menerima vaksinasi Covid-19 dosis pertama. Sementara vaksinasi Covid-19 dosis kedua baru mencapai 16.713.406 orang.
Dengan total sasaran penerima vaksinasi Covid-19 di Indonesia sebanyak 208.265.720 orang, itu artinya target vaksinasi pemerintah baru mencapai 20,58 persen dari sasaran vaksinasi dosis pertama. Sedangkan sasaran vaksinasi dosis kedua baru menyentuh angka 8,03 persen.
Untuk mencapai kekebalan kelompok itu, target tersebut dibagi menjadi beberapa tahapan.
Tahap pertama vaksinasi COVID-19 untuk Tenaga Kesehatan sebanyak 1.468.764 orang yang sudah berlangsung sejak Januari silam.
Lalu, tahap 2 vaksinasi untuk lansia sebanyak 21.553.118 orang dan petugas publik sebanyak 17.327.167 orang.
Tahap 3 adalah masyarakat rentan dan umum sebanyak 141.211.181 orang dan anak-remaja berusia 12-17 tahun sebanyak 26.705.490 orang.
Per 22 Juli 2021, sudah 42.868.023 orang atau 20,58% dari target vaksinasi yang sudah mendapatkan dosis pertamanya. Sedangkan yang sudah lengkap mendapatkan dosis keduanya sebanyak 16.713.406 orang atau baru 8,03%.
Melihat hal ini, epidemiolog, praktisi dan peneliti Global Health Security dan Pandemi pada Center for Environment and Population Health di Griffith University Australia, dr Dicky Budiman, mengatakan saat ini tentu sulit menilai capaian vaksinasi dalam situasi ini.
Dia optimis, target 208 juta itu paling tidak tercapai pertengahan Juli tahun depan.
“Paling cepat pertengahan tahun depan, atau setidaknya akhir tahun depan. Kecuali ada inovasi yang luar biasa sekali dalam vaksinasi ini” katanya kepada Bisnis.com, Kamis (22/7/2021).
Herd Immunity Sulit Dicapai
Epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono menyatakan herd immunity sulit terjadi di Indonesia. Ada beberapa poin yang disampaikan mengapa herd immunity sulit terjadi.
“Pertama, itu kan suatu proteksi secara tidak langsung kalau sebagian besar penduduk di vaksinasi dan imun itu akan melindungi yang belum divaksinasi, atau yang belum punya imun itu yang disebut sebagai kekebalan komunal,” kata Pandu kepada Bisnis.com, Kamis (22/7/2021).
“Masalahnya adalah penduduk kita besar, kalau kita mau 80 persen saja penduduknya harus divaksinasi, apakah mungkin dalam waktu singkat?”
Kedua, vaksin di Indonesia memiliki efikasi yang rendah. Menurutnya 80 persen itu membutuhkan 100 persen penduduk yang harus divaksinasi. Itu pun belum tentu menjamin tercapainya herd immunity jika sudah mencapai 100 persen.
“Mengapa? Karena imunitas kita yang dibangkitkan oleh vaksin, kita tidak tahu berapa lama (imunitas)bertahan,” ujarnya.
Tidak hanya vaksin yang digunakan di Indonesia. Vaksin Pfizer dan Moderna misalnya juga mengalami penurunan efikasi dengan hadirnya varian delta.
Studi yang dimuat New England Journal of Medicine pada Januari 2021 misalnya. Berdasarkan studi yang dilakukan, antibodi penetral dan pengikat yang dihasilkan vaksin Moderna berkurang setelah tiga bulan penyuntikan dosis kedua.
“Jadi kan, sebagian akan menurun antibodinya, jadi tidak melindungi lagi,” tambahnya.
Ketiga, adalah vaksin tidak mencegah penularan. Meskipun orang tersebut sudah divaksinasi, bisa saja dia akan kembali tertular. Tetapi, tidak akan terkena Covid berat atau mengurangi risiko kematian.
Namun, dia menegaskan bukan berarti vaksin tidak penting. Tetapi vaksin bukan satu-satunya cara untuk mengendalikan pandemi. Vaksin bisa mencegah atau menurunkan kematian. Kematian yang banyak terjadi atau yang sekarang masuk rumah sakit dan meninggal, menurutnya adalah orang-orang yang belum sempat divaksin.
“Jadi kita harus melakukan vaksinasi walaupun vaksin tersebut tidak sempurna, tidak usah ngomongin herd immunity, yang kita omongin adalah vaksin melindungi kita supaya kita tidak kena Covid berat dan menurunkan risiko untuk meninggal, itu saja sudah cukup.” jelasnya. “Dan orang paham, orang mau divaksin, daripada mengucapkan suatu kalimat atau kata seperti mantra tidak ada yang paham dan semua orang hanya bisa bilang amin.”
Maka dari itu, semua orang harus mendapatkan vaksinasi ,secepat-cepatnya karena kita berkejaran dengan kecepatan virus, yang menyebabkan banyak korban baru dan mencegah supaya tidak berkejaran dengan mutasi virus.
“Mumpung virusnya ada, sekarang kita melindungi sebagian besar orang yang bisa kita lindungi. Dan itu bisa dicapai. Tetapi jangan lupa, 3M, testing, lacak dan isolasi itu penting.” tegasnya.
Terakhir, saat ini kita berhadapan dengan virus yang selalu bermutasi. Apabila vaksin terus bermutasi, ada dua dampak yang sangat mengkhawatirkan. Sebab apabila mutasi virus menjadi concern, maka dapat meningkatkan risiko penularan. Dan risiko penularan seperti varian delta bisa sampai 2 hingga 3 kali lipat dari virus sebelumnya. Kemudian, menurutnya, yang menjadi kekhawatiran kita adalah bila virus ini tidak dideteksi oleh alat diagnostik kita.
Senada dengan poin pertama yang disebutkan Pandu Riono, Dicky juga menyampaikan, tidak hanya Indonesia saja, dunia masih jauh dari herd immunity. Sulit mencapai herd immunity saat ini.
Menurutnya, yang harus menjadi fokus saat ini adalah mencapai threshold immunity bukan herd immunity.
“Karena jadi harapan palsu namanya kalau langsung ke herd immunity. Yang paling benar adalah threshold immunity itu yang kita capai,kita tuju dan kita targetkan” ungkapnya.
Agar tidak menjadi kantung-kantung infeksi dimana daerah-daerah yang belum tercapai target vaksinasinya itu akan menjadi wabah atau tempat yang terjadi penyebaran penyakit dan wabah, Dicky menyarankan agar melakukan vaksinasi rutin, testing surveilan, serta melakukan perlindungan diri dengan memakai masker, menjaga jarak sehingga potensi penularan akan berkurang.
Vaksin Gotong Royong
Saat ini, mengutip laman Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Kamis (22/7/2021) tercatat 28.413 perusahaan yang telah mendaftarkan diri mengikuti program vaksinasi gotong royong. Sementara yang telah mendapatkan alokasi vaksin sebanyak 238 perusahaan dengan total sasaran vaksinasi sebanyak 165.000 orang. Saat ini, sedang disiapkan alokasi kembali sebanyak 300.000 sasaran vaksinasi untuk pelaksanaan di bulan Juni – Juli 2021.
Vaksin gotong royong merupakan pilihan tambahan untuk mempercepat akses vaksin Covid-19. Program ini dikhususkan bagi perusahaan yang ingin menyelenggarakan vaksinasi secara mandiri untuk karyawan maupun anggota keluarganya.