Bisnis.com, SOLO - Studi terbaru menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 Johnson & Johnson (J&J) mampu mengurangi risiko terinfeksi penyakit terhadap setengah dari subjek yang diuji.
“Kalau pun terinfeksi, sebagian besar hanya memiliki gejala ringan,” ujar profesor sekaligus salah satu pemimpin riset, Glenda Gray, dari University of the Witwatersrand, Johannesburg, Afrika Selatan, Rabu (8/9/2021).
Tak berbeda dari vaksin Covid-19 lainnya, J&J diuji kemampuannya untuk mencegah adanya rawat inap dan kematian akibat Covid-19.
Studi ini dilakukan selama beberapa minggu saat Afrika Selatan mengalami gelombang ketiga infeksi virus corona, yang didorong oleh varian Delta yang sangat menular.
Munculnya galur baru yang menyebar cepat telah membuat tujuan sebelumnya, yaitu herd immunity, lebih sulit dijangkau. Oleh sebab itu, sejumlah negara lantas menggeser fokus capaiannya, yakni mengurangi keseriusan penyakit dan fokus pada perawatan yang lebih intensif.
Sementara itu, uji coba oleh Gray dan timnya ini dilakukan dengan mengukur infeksi, baik dengan meminta peserta melaporkan hasil positif maupun dengan mendapatkan peringatan harian dari laboratorium pengujian.
Selain itu, para peneliti juga memanfaatkan sistem data untuk melihat siapa yang dirawat di rumah sakit dan siapa yang meninggal.
Dari situ, hasil awal pengujian yang dirilis pada 6 Agustus menunjukkan bahwa vaksin dosis tunggal J&J sekitar 70 persen efektif mengurangi rawat inap dan 96 persen efektif melawan kematian.
Namun begitu, percobaan itu tidak termasuk dengan penggunaan plasebo.
“Hasil akhir yang mencakup tiga set data dari perusahaan asuransi swasta dan pemerintah akan diserahkan untuk dipublikasikan dalam beberapa hari,” kata Gray.