Bisnis.com, JAKARTA – Dosis booster vaksin COVID-19 Johnson & Johnson disebutkan mampu mendorong antibodi di antara peserta uji klinis, hingga 9 kali lipatnya.
Demikian pernyataan dari perusahaan. Data didasarkan pada dua uji klinis kecil yang dilakukan di AS dan Eropa, dan perusahaan menyerahkan hasilnya, yang belum ditinjau sejawat, ke database pracetak medRxiv.
"Kami telah menetapkan bahwa satu suntikan vaksin COVID-19 kami menghasilkan respons kekebalan yang kuat, tahan lama dan bertahan selama delapan bulan,” Dr. Mathai Mammen, Kepala Global Penelitian & Pengembangan Janssen di Johnson & Johnson, mengatakan dalam pernyataan dilansir dari Livescience.
"Dengan data baru ini, kami juga melihat bahwa dosis booster vaksin Johnson & Johnson COVID-19 semakin meningkatkan respons antibodi di antara peserta penelitian yang sebelumnya telah menerima vaksin kami."
Mammen menambahkan bahwa mereka akan mendiskusikan strategi potensial untuk dosis booster dengan pejabat kesehatan masyarakat.
Tetapi, penelitian tersebut melihat pada tingkat antibodi dan bukan pada kemanjuran dunia nyata, jadi tidak jelas apakah orang yang mendapatkan suntikan booster akan lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi atau mengembangkan penyakit parah dibandingkan mereka yang tidak. Namun, para ahli mencapai konsensus bahwa tingkat antibodi mungkin menunjukkan jumlah perlindungan kekebalan.
Para ahli mengatakan bahwa sementara penelitiannya kecil, dan tidak melihat perlindungan dunia nyata, temuan tersebut kemungkinan akan mendukung gagasan memberikan suntikan penguat kepada mereka yang menerima vaksin Johnson & Johnson.
"Ini menunjuk pada kegunaan dosis kedua. Saya pikir itu masuk akal," Saad Omer, seorang peneliti vaksin di Yale menjelaskan.